Powered By Blogger

Minggu, 14 April 2013

Perakitan Varietas Salak Intan



Ketersediaan varietas unggul bermutu baik, produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran cekaman lingkungan, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen, menjadi syarat yang harus dipenuhi pada era industrialisasi pertanian dan liberalisasi perdagangan bebas. Mengingat bahwa tanaman buah diharapkan menjadi pertumbuhan baru disektor pertanian maka upaya menghasilkan komoditi buah-buahan unggul bermutu tinggi dengan keunggulan kompetitif yang tinggi dan potensi hasil yang tinggi pula, harus menjadi landasan kerja yang utama saat ini. Salak (Salacca zalacca) merupakan tanaman buah asli Indonesia (Mogea, 1984).
Salah satu kekuatan yang luar biasa pada komoditas salak bagi Indonesia adalah ragam genetik yang tinggi yang tersebar hampir di setiap propinsi. Komoditas ini asli tropika yang pusat asal dan per¬sebarannya terdapat di Indonesia.
Plasma nutfah dari genus Salacca yang pernah ditemukan di dunia ± 20 spesies, 13 species diantaranya tersebar di asia Tenggara, sebagian besar ditemukan di Indonesia. (Mogea, 1990). Tiga species diantaranya enak dimakan, yaitu S zalacca, S. sumatrana dan S. affinis. Di Indonesia, salak mempunyai keunggulan spesifik dibandingkan dengan komoditas buah-buahan yang lain, yakni buahnya dapat dipanen 2-3 kali dalam satu tahun apabila pengelolaannya baik.
Akhir-akhir ini berkembang dua isu penting yang dapat dikaitkan dengan pengembangan komoditas salak, (1) Perdagangan bebas globalisasi, yang memungkinkan masuknya komoditas yang sama dari negara lain ke Indonesia. Hal ini menuntut adanya perbaikan mutu dan produktivitas agar mampu bersaing dengan produk luar negeri, dan (2) Secara nasional, daerah didorong untuk mengelola asetnya sendiri secara otonom. Konsekuensi logis dari hal di atas adalah penerapan teknologi, di antaranya penerapan teknologi penggunaan varietas unggul baru, baik unggul lokal/indigoneus maupun unggul nasional.
Pada umumnya konsumen menyukai buah salak berdaging tebal, citarasa manis sedikit ada rasa sepet, tahan lama disimpan dan sisik pada kulit buah tidak berduri – gundul (Sunaryono, 1988). Sampai saat ini varietas salak yang mempunyai karakter seperti di atas jumlahnya sangat terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan perakitan varietas salak untuk mendapatkan dan menggabungkan karakter-karakter unggul tersebut ke dalam satu varietas. Untuk merakit varietas unggul diperlukan tetua-tetua yang mempunyai variabilitas genetik luas dan tersedianya tetua yang mempunyai karakter yang dituju. Dari hasil penelitian tersebut diketahui tetua-tetua yang mempunyai karakter unggul, antara lain karakter daging tebal dimiliki oleh salak Bali, karakter rasa manis buah tanpa sepet dimiliki oleh salak Pondoh, karakter jumlah tongkol banyak dimiliki oleh salak Sidempuan, dan karakter sisik buah tanpa duri dimiliki oleh salak Affinis.
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika telah menghasilkan beberapa hibrida salak hasil persilangan antara salak Bali, Pondoh, Mawar, Sidempuan, dan beberapa varietas salak unggul lokal. Hibrida-hibrida salak tersebut telah dievaluasi daya adaptasi dan stabilitas karakter-karakter pertumbuhan dan penduga hasilnya di berbagai wilayah, salah satunya di Kab. Bintan . Varietas unggul yang dihasilkan biasanya lama sampai ke pengguna. Pola pendekatan pemuliaan partisipatif dinyatakan lebih efektif daripada pendekatan yang lain dalam upaya percepatan tergunakannya secara langsung varietas baru yang dihasilkan pada pengguna. Pelaksanaan pemuliaan partisipatif langsung di wilayah-wilayah pengembangan bekerja sama dengan mitra sehingga mempunyai nilai sosial sebagai media pengenalan calon varietas unggul untuk mempercepat proses adopsi. Mitra yang bekerja sama dalam perakitan varietas ini adalah Yayasan Tazagawa Bogor (menyediakan pohon induk ), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan Sejak tahun 2003, BPTP Riau telah melakukan penelitian hibrida-hibrida salak tersebut untuk mengetahui adaptasinya di Kabupaten Bintan, teknologi budidaya spesifik lokasi, perbanyakan bibit, dan penyerbukan. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan memfasilitasi penggunaan lahan dan melaksanakan pemeliharaan tanaman. Balitbu Tropika melaksanakan observasi, penghimpunan data, evaluasi bersama-sama dengan BPTP Riau sebagai bahan usulan pelepasan varietas. Dari hasil evaluasi tersebut telah terpilih calon varietas unggul dengan karakter manis, berdaging tebal, dan aromanya harum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar