|
Ketersediaan
varietas unggul bermutu baik, produktivitas tinggi, tahan terhadap hama
dan penyakit, toleran cekaman lingkungan, dan sesuai dengan kebutuhan
konsumen, menjadi syarat yang harus dipenuhi pada era industrialisasi
pertanian dan liberalisasi perdagangan bebas. Mengingat bahwa tanaman
buah diharapkan menjadi pertumbuhan baru disektor pertanian maka upaya
menghasilkan komoditi buah-buahan unggul bermutu tinggi dengan
keunggulan kompetitif yang tinggi dan potensi hasil yang tinggi pula,
harus menjadi landasan kerja yang utama saat ini. Salak (Salacca
zalacca) merupakan tanaman buah asli Indonesia (Mogea, 1984). |
Salah satu kekuatan yang luar biasa pada komoditas salak bagi Indonesia
adalah ragam genetik yang tinggi yang tersebar hampir di setiap
propinsi. Komoditas ini asli tropika yang pusat asal dan per¬sebarannya
terdapat di Indonesia.
Plasma nutfah dari genus Salacca yang
pernah ditemukan di dunia ± 20 spesies, 13 species diantaranya
tersebar di asia Tenggara, sebagian besar ditemukan di Indonesia.
(Mogea, 1990). Tiga species diantaranya enak dimakan, yaitu S zalacca, S. sumatrana dan S. affinis.
Di Indonesia, salak mempunyai keunggulan spesifik dibandingkan dengan
komoditas buah-buahan yang lain, yakni buahnya dapat dipanen 2-3 kali
dalam satu tahun apabila pengelolaannya baik. Akhir-akhir ini
berkembang dua isu penting yang dapat dikaitkan dengan pengembangan
komoditas salak, (1) Perdagangan bebas globalisasi, yang memungkinkan
masuknya komoditas yang sama dari negara lain ke Indonesia. Hal ini
menuntut adanya perbaikan mutu dan produktivitas agar mampu bersaing
dengan produk luar negeri, dan (2) Secara nasional, daerah didorong
untuk mengelola asetnya sendiri secara otonom. Konsekuensi logis dari
hal di atas adalah penerapan teknologi, di antaranya penerapan teknologi
penggunaan varietas unggul baru, baik unggul lokal/indigoneus maupun
unggul nasional. Pada umumnya konsumen menyukai buah salak
berdaging tebal, citarasa manis sedikit ada rasa sepet, tahan lama
disimpan dan sisik pada kulit buah tidak berduri – gundul (Sunaryono,
1988). Sampai saat ini varietas salak yang mempunyai karakter seperti di
atas jumlahnya sangat terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan
perakitan varietas salak untuk mendapatkan dan menggabungkan
karakter-karakter unggul tersebut ke dalam satu varietas. Untuk merakit
varietas unggul diperlukan tetua-tetua yang mempunyai variabilitas
genetik luas dan tersedianya tetua yang mempunyai karakter yang dituju.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui tetua-tetua yang mempunyai
karakter unggul, antara lain karakter daging tebal dimiliki oleh salak
Bali, karakter rasa manis buah tanpa sepet dimiliki oleh salak Pondoh,
karakter jumlah tongkol banyak dimiliki oleh salak Sidempuan, dan
karakter sisik buah tanpa duri dimiliki oleh salak Affinis. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
telah menghasilkan beberapa hibrida salak hasil persilangan antara
salak Bali, Pondoh, Mawar, Sidempuan, dan beberapa varietas salak unggul
lokal. Hibrida-hibrida salak tersebut telah dievaluasi daya adaptasi
dan stabilitas karakter-karakter pertumbuhan dan penduga hasilnya di
berbagai wilayah, salah satunya di Kab. Bintan . Varietas unggul yang
dihasilkan biasanya lama sampai ke pengguna. Pola pendekatan pemuliaan
partisipatif dinyatakan lebih efektif daripada pendekatan yang lain
dalam upaya percepatan tergunakannya secara langsung varietas baru yang
dihasilkan pada pengguna. Pelaksanaan pemuliaan partisipatif langsung
di wilayah-wilayah pengembangan bekerja sama dengan mitra sehingga
mempunyai nilai sosial sebagai media pengenalan calon varietas unggul
untuk mempercepat proses adopsi. Mitra yang bekerja sama dalam perakitan
varietas ini adalah Yayasan Tazagawa Bogor (menyediakan pohon induk ),
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau dan Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bintan Sejak tahun 2003, BPTP Riau telah melakukan
penelitian hibrida-hibrida salak tersebut untuk mengetahui adaptasinya
di Kabupaten Bintan, teknologi budidaya spesifik lokasi, perbanyakan
bibit, dan penyerbukan. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bintan
memfasilitasi penggunaan lahan dan melaksanakan pemeliharaan tanaman.
Balitbu Tropika melaksanakan observasi, penghimpunan data, evaluasi
bersama-sama dengan BPTP Riau sebagai bahan usulan pelepasan varietas.
Dari hasil evaluasi tersebut telah terpilih calon varietas unggul dengan
karakter manis, berdaging tebal, dan aromanya harum
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar