Jati emas
plus
Sumber
induk jati emas plus dari pohon jati genjah tertua di Indonesia. Saat diambil,
batang itu baru berumur 5 tahun tetapi tingginya 10-15 m dan berdiameter 25 cm.
Pucuknya dikulturjaringankan oleh PT Katama Surya Bumi (KSB), di Citeureup,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bibit hasil kultur jaringan itu tumbuh pesat.
Terhitung setelah 6 bulan pertama penanaman, diameter meningkat 0,7 cm dan
tinggi 12 cm/bulan. Pada penjarangan pertama pada umur 7 tahun, tinggi jati emas
plus mencapai 15 meter dan diameter 27,5 cm. Setelah 15 tahun, jati emas plus
siap dipanen dengan diameter 34 cm dan tinggi 17 meter.
Teksturnya
kuat dan kokoh, mirip jati konvensional. Itu didapat jika dirawat secara
teratur seperti pemupukan pada awal tanam, pembersihan gulma di sekeliling
tanaman, dan pemetikan daun-daun tua. Salah satu pekebun yang menanam intensif
adalah Noer Soetrisno, sekretaris Menteri Perumahan Rakyat. Ia memberikan pupuk
kandang dan zeolit saat awal tanam hingga berumur setahun.
Saat daun
bawah menguning, satu per satu dibersihkan agar nutrisi tidak terserap daun
itu. Hasilnya, 7.200 jati emasnya di 4 kota menghasilkan keuntungan lebih dari
Rp30-juta setelah 4 tahun penanaman. Jati emas tumbuh baik di daerah dengan 3-5
bulan musim kering. Suhu lingkungan 27-36oC dan curah hujan 2000 mm
per tahun. Agar jati tumbuh optimal, pH 4,5-6. Menurut Sri Wahyuni dari KSB,
hindari penanaman jati emas di lahan bekas singkong, pisang, dan sawah.
Lahan
singkong mengandung sianida tinggi, bersifat racun, sehingga tanaman tumbuh
kerdil. Sedangkan lahan bekas pisang dan sawah mengandung banyak air, sulit
bagi jati membuat perakaran kuat. Walau begitu, jati emas berdaya adaptasi
luas, tak hanya ditanam pada dataran rendah, tetapi juga dataran tinggi.
Jati jumbo
Jati jumbo
lebih dikenal dengan nama jati solomon lantaran dikembangkan di Kepulauan
Solomon, negara di sebelah timur Papua Nugini. Ciri khasnya daun tak terlalu
lebar, tetapi tebal dan kuat. Tumbuhnya lurus ke atas. Pasangan daun serasi, berwarna
hijau kebiruan. Batang tegak lurus, bulat besar, tahan penyakit, tumbuh sangat
cepat, relatif sedikit percabangan, pucuk batang kuat, jarang patah karena
badai atau hama, sehingga tanaman dapat tumbuh sempurna.
Tanaman
jati jenis lain sering patah di pucuk, maka sosoknya bercabang-cabang.
Penanaman cocok di daerah tropis bercurah hujan sekitar 1.000-2.000 mm/tahun,
suhu 24-35oC, tanah berkapur, berketinggian di bawah 700 m dpl. Jati
jumbo menyukai penyinaran matahari penuh. Oleh karena itu, idealnya jarak tanam
3-3,5 m, sehingga total populasinya 1.000-1.200 pohon/ha. Saat 6 tahun
dilakukan penjarangan 500 batang.
Setiap
pohon menghasilkan 0,25 m3 kayu
dengan harga Rp 2-juta/m3. Itu berarti penjarangan setelah 6 tahun
penanaman menghasilkan Rp250-juta. Volume panen lebih tinggi lagi pada umur 20
tahun, kata Teddy Pohan, staf pemasaran PT Tunas Agro Makmur, produsen bibit
jati jumbo. Volume yang dihasilkan sekitar 750 m3 dengan mutu lebih baik sehingga
harganya mencapai Rp4-juta/m3.
Jati plus
perhutani (JPP)
Pada 1976,
Perhutani mulai menyeleksi 600 jati unggul di seluruh Indonesia. Dua belas
tahun kemudian, jati plus perhutani lahir dengan berbagai kelebihan seperti
tumbuh lebih cepat, tahan penyakit dan adaptif di dataran tinggi maupun rendah.
Itu termasuk lahan kritis yang tak bernutrisi, kata Harsono dari Pusat
Pengembangan Sumberdaya Hutan, Cepu, Jawa Tengah. Tekstur kayu mirip jati
konvensional walau tergolong kelas kekuatan III.
Ketika
jati berumur satu tahun, tingginya 4 m dan keliling batang 12 cm. Pada umur
tiga tahun, tinggi tanaman mencapai 8 m dan keliling batang rata-rata 26 cm.
Saat dipanen pada umur 12 tahun, diameter batang sudah mencapai 23 cm dengan
tinggi 14 m.
Jati super
gama
Super gama
berasal dari jati terbaik di Cepu, Jawa Tengah. Warna daun hijau kemerahan.
Cara tumbuh maupun perawatan mirip dengan jati genjah lain. Menurut Ir Franky
dari Gama Surya Lestari, produsen bibit super gama, tinggi tanaman setelah 3
bulan persemaian 70 cm. Pertumbuhannya mencapai 20 cm per bulan. Saat berumur 1
tahun tingginya 8 m.
Media
tanam berupa pupuk kandang dan tanah berasio 1:1. Tempat yang paling cocok di
ketinggian lebih dari 600 m dpl. Dengan jarak tanam 2 m x 2 m, total populasi
2.500 pohon/ha. Waktu panen perdana pada umur 7-8 tahun, diperkirakan
produksinya 100 m3/ha. Sebab, penjarangan hanya menebang 25% dari
total populasi. Saat itu, diameter mencapai 20-25 cm dan tinggi 15 meter.
Sisanya, dipanen setelah berumur 13-14 tahun. Saat itu, tinggi pohon mencapai
21 m dengan diameter 30-33 cm. Artinya, panen yang diperoleh cukup singkat itu
menghasilkan 450 m3 jati
bangsawan.
Jati utama
Berbeda
dengan jati genjah lainnya, jati utama diambil dari klon terbaik asal Muna,
Sulawesi Tenggara. Lantaran teruji dengan iklim dan lingkungan di luar Jawa,
varietas itu lebih cocok jika ditanam di luar Pulau Jawa. Areal penanaman
diutamakan pada ketinggian kurang dari 700 m dpl. Cara tumbuh dan perawatannya
mirip dengan jati lain.
Menurut
pengujian PT Bhumindo Hasta Jaya Utama, pertumbuhan jati utama pada umur 2
tahun mencapai 2-4 meter dengan diameter batang 13 cm. Dengan jarak tanam 2 m x
2 m, total populasi 2.500 pohon per ha. Penjarangan dilakukan setelah tanaman
berumur 4-5 tahun. Saat itu, dari 1.250 pohon dengan diameter 15 cm dan tinggi
6-7 m menghasilkan 131 m3. Sisa 1.250 batang lainnya dipanen setelah
berumur 15 tahun. (Vina
Fitriani) Sumber :
http://www.interxpose.com/forum/forum_posts.asp?TID=25
Bertanam Jati, Pilihan Berinvestasi
Posted
on November
21, 2008 by
mcprassy
Dari sekian banyak jenis kayu yang sering kita
pakai untuk bahan bangunan, furnitur dan banyak lagi kegunaan lainnya, kayu
jati merupakan salah satu jenis kayu yang termasuk terbaik dan mewah. Terbaik karena memiliki kualitas
kekuatan dan keawetan yang baik. Sedang
mewah karena kayu jati memiliki harga yang cukup tinggi, jika dibandingkan
dengan jenis kayu lainnya. Sehingga
pada saat dulu, ketika melihat rumah yang berbahan dari kayu jati maka sudah
dapat kita tebak status dari pemiliknya.
Tanaman jati berkembang cukup baik di
Indonesia, dan diperkirakan telah ada di Indonesia khususnya di Pulau Jawa
sejak ratusan tahun yang lalu. Pada
saat ini tanaman jati sudah berkembang di banyak negara, seperti Burma,
Thailand, Ghana, Argentina, Brasil, dan masih banyak lagi negara-negara di
dunia yang mulai membudidayakan tanaman jati ini. Di Indonesia sendiri, tanaman jati
tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, NTB, Maluku,
Lampung dan Bali.
Pada masa lalu sebelum teknik budidaya tanaman
belum berkembang sedemikian modern seperti pada saat ini, jenis tanaman jati
yang ditanam oleh masyarakat ataupun oleh perusahaan perkebunan swasta masih
berupa jati alam yang memiliki umur panen sampai lima puluh tahun. Biasanya metode pengembangbiakan jati
ini dengan menggunakan biji.
Dalam artikel ini hanya akan dibicarakan
tentang tanaman jati yang memiliki umur pendek, yaitu dalam waktu 15 tahun
sudah dapat dipanen kayunya. Jenis
jati ini menggunakan metode pengembangbiakan menggunakan kultur jaringan.
Bibit Jati Berumur Pendek
Saat ini sudah banyak produsen benih jati yang
menawarkan bibit jati yang berumur pendek, seperti Perhutani dan PT. Monfori Nusantara,
dan perusahaan swasta lain serta pembudidaya benih dari kelompok masyarakat.
Merk dagang dari bibit-bibit jati berumur
pendek ini banyak ragamnya, antara lain Jati Super (PT. Monfori Nusantara),
Jati Plus Perhutani (Perhutani), Jati Mas (kolaborasi dengan lembaga
penelitian), Jati Unggul dan Jati Prima.Anda tentu bebas untuk memilih dari
merk-merk dagang bibit jati ini, tetapi perlu waspada karena saat ini banyak
bibit jati yang dipalsukan, yaitu dari indukan yang tidak jelas meskipun harga
yang ditawarkan lebih murah.
Kondisi Ekologi yang Diperlukan
Untuk penanaman jati dalam areal yang luas,
maka sebagaimana tanaman perkebunan lainnya persyaratan ekologis mutlak
diperlukan. Ini lebih pada
tingkat keberhasilan penanaman jati yang kita laksanakan.
Sebenarnya tanaman jati tidak memerlukan
kondisi tanah dengan topografi yang terlalu menuntut, tetapi akan lebih baik
apabila tanah pada kisaran kemiringan lereng dari datar sampai maksimum 20%. Ini juga dalam kaitan mencegah
terjadinya erosi besar-besaran saat tanah diolah untuk penanaman, sehingga
tanah yang memiliki kemiringan curam tidak dibenarkan untuk dibuka.
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman jati adalah tanah yang memiliki tekstur lempung, lempung berpasir atau
liat berpasir, meskipun untuk beberapa jenis tanah tanaman jati masih dapat
tumbuh dengan baik. Tanaman jati
ini sangat menyenangi tanah dengan prorositas dan drainase yang baik, dan
sebaliknya akan tumbuh tidak baik pada tanah-tanah yang tergenang.
Tanaman jati memerlukan curah hujan pada
kisaran 750 – 2500 mm/tahun, meskipun untuk curah hujan > 3000 mm/tahun
masih dapat tumbuh meskipun kekuatan kayu yang dihasilkan tidak terlampau baik. Saat ini saya sudah menanam jati
berumur pendek ini dalam areal sekitar 10 hektar di Sukabumi yang memiliki
curah hujan > 1500 mm/tahun. Suhu
yang paling optimum untuk tanaman jati adalah sekitar 32 – 42 °C dengan
kelembaban 60-80%.
Penanaman
Sebelum bibit jati ditanam, sebaiknya lahan
dipersiapkan terlebih dahulu, dengan membersihkan dari rumput dan belukar. Akan lebih baik apabila tanah diolah
terlebih dahulu. Kalaupun tidak
diolah, maka areal tempat dibuat lubang harus bersih.Ukuran lubang adalah 40 x
40 x 40 cm atau kalau menginginkan lubang yang besar dapat dengan ukuran 50 x
50 x 50 cm, dengan jarak antar lubang tanam yaitu setidaknya 2 x 2 m (populasi
2500 tanaman/ha) atau akan lebih
baik jika 3 x 3 m (populasi sekitar 1100 tanaman/ha). Jarak tanaman ini akan mempengaruhi
proses penjarangan tanaman, dimana semakin pendek jarak antar tanaman akan
memerlukan penjarangan yang lebih banyak, hal ini dalam kaitan pertumbuhan
tanaman pada fase vegetatif dan generatifnya.
Lubang tanam yang telah dibuat kemudian diberi
pupuk kandang dengan jumlah antara 5 – 10 kg/lubang. Apabila pupuk kandang yang kita
gunakan masih mentah, sebaiknya bibit jati jangan langsung ditanam karena
justru bisa mati.
Pada saat mau menanam, sebaiknya pada lubang
tanam ditambahkan pupuk SP36 sebanyak 100 – 200 gr/lubang dan pupuk Urea 50 –
100 gr/lubang. Pupuk ini diaduk
bersama dengan pupuk kandang dan tanah yang ada di lubang, baru setelahnya
bibit jati dapat ditanam. Untuk
lebih menjaga bibit jati dari serangan hama penyakit, dapat ditaburkan
pestisida karbufuran seperti furadan atau merk dagang lainnya. Meskipun tanaman jati ini dapat tumbuh
tanpa kita pupuk karena perakarannya yang memungkinkan untuk mencari hara yang
diperlukan, tetapi akan lebih baik apabila setiap 6 bulan sekali selama minimal
3 tahun kita lakukan pemupukan dengan NPK.
Perawatan lainnya adalah jangan biarkan banyak
rumput di sekitar pohon, minimal dalam radius 1 m dari batang pohon. Lakukan pruning pada tunas-tunas yang
tumbuh sampai ketinggian 4 – 5 m, sehingga pohon dapat tumbuh tinggi dan tidak
bercabang.
INGAT : Lakukan
penanaman jati pada saat awal musim hujan, sehingga prosentase tumbuh dari
bibit ini akan lebih besar.
Pemanenan
Pemanenan tanaman jati berumur pendek ini
sebenarnya dapat dilakukan pada saat umur 7 tahun, 10 tahun (disebut pemanenan
dengan tujuan penjarangan) dan terakhir pada saat tanaman berumur 15 tahun. Tanaman jati memiliki tinggi pohon
sampai 40 m dengan diameter 40 cm.
Pada pemanenan tahun ke-7 diperkirakan setiap
pohon dapat menghasilkan sekitar 0,1 – 0,2 m3/pohon, pada tahun ke-10
menghasilkan sekitar 0,3 - 0,4 m3/pohon dan pada pemanenan tahun
ke-15 dapat menghasilkan sekitar 0,8 – >1,0 m3/pohon.
Dengahn harga kayu jati yang semakin
meningkat, maka tidak ada salahnya jika anda dapat berinvestasi dengan menanam
tanaman jati ini. Yah
hitung-hitung menabung dalam bentuk pepohonan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar