Powered By Blogger

Rabu, 10 April 2013

Bawang Putih Dataran Rendah (Allium sativum L)


I. PENDAHULUAN
Bawang putih (Allium sativum L) selain merupakan jenis sayuran yang penting,
juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru ekonomi dalam pembangunan
pertanian. Bawang putih ini dianggap sebagai komoditas potensial terutama untuk
subsitusi impor dan dalam hubungannya dengan penghematan devisa. Perkembangan
terakhir (2006), impor bawang putih indonesia berjumlah 295 ribu ton dengan nilai tidak
kurang dari US$ 103 juta atau sebesar Rp 927 milyar, untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dalam negeri.
Masalah yang dihadapi dalam budidaya bawang putih sampai saat ini adalah
varietas bawang putih yang berkembang di indonesia umumnya memiliki potensi hasil
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasil bawang putih di daerah
subtropis. Bagitu pula tingkat pengusahaanya juga terbatas di daerah dataran tinggi
(> 800 m dpl).
Dengan demikian dengan adanya jenis-jenis bawang putih yang cocok
diusahakan di dataran rendah merupakan peluang baru dalam pembangunan pertanian
khususnya untuk ekstensifikasi bawang putih dalam negeri bagi pemenuhan kebutuhan
konsumsi bawang putih yang terus meningkat tiap tahunnya. Menurut data Susenas,
konsumsi per kapita bawang putih penduduk indonesia mencapai 1,13 kg/tahun
sehingga kebutuhan bawang putih nasional per tahun mencapai sekitar 250 ribu ton.
D.I.Yogyakarta mempunyai varietas bawang putih dataran rendah yaitu Lumbu
Putih.
II. PERSYARATAN EKOLOGIS
• Tanaman bawang putih dataran rendah tumbuh pada hampir semua jenis tanah,
namun yang terbaik pada tanah bertekstur sedang (lempung sampai lempung
berpasir).
• pH tanah yang cocok adalah 5,6 - 6,8 dan drainasenya baik.
• Walaupun umumnya bawang putih ini tahan suhu panas, namun hanya dapat
tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki suhu yang dingin (<25` c pada
bulan-bulan tertentu).
• Suhu dingin tersebut diperlukan terutama pada saat pembentukan dan
pembesaran umbi tanaman. Di Indonesia, waktu tanam terbaik untuk bawang
putih dataran rendah yaitu bulan Mei, Juni atau Juli.
III. TEKNOLOGI BUDIDAYA
• Lahan dibuat bedengan dengan lebar bedengan 1,2 - 1,75 m, dengan jarak perit
antar bedengan 40 - 50 cm; sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan
lahan yang tersedia.
• Kemudian diidtirahatkan sekitar 2 minggu, selanjutnya diolah 2 - 3 kali sehingga
permukaan tanahnya cukup halus.
• Sebelum penanaman, perlu dicek pH tanahnya, jika < 5,6 perlu dilakukan
pengapurandengan dosis 1,5 - 3, ton per ha.
• 2 - 3 hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk dasar yaitu menggunakan
pupuk kandang (10 - 15 ton/ha) atau pupuk kompos (2 ton /ha) dan SP-36
sebanyak 200 - 300kg /ha.
• Umbi bibit yang telah siseleksi (dalam bentuk siung-siung) ditanam dibedengan
dengan kedalaman 1/4 - 1/2 tinggi siung bibit, kemudian ditutp dengan mulsa
jerami padi setebal 3 - 5 cm.
• Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 15, 30 dan 45
hari setelah tanam dengan menggunakan campuran pupuk 200 kg ZA + 100kg
Urea + 100 kg KCL per ha untuk setiap kali pemberian pupuk susulan. Caranya,
pupuk disebar antara barisan tanaman kemudian diikuti dengan penyiraman.
• Penyulaman dilakukan seminggu setelah peneneman benih dengan
menggunakan bibit cadangan yang telah ditanam di tempat bibit untuk
cadangan.
• Tanaman bawang putih membutuhkan air dalam jumlah yang cukup selama
pertumbuhan vegetatif dan pembentukan umbi. Frekuensi pemberian air
disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman bawang putih. Pada awal
pertumbuhan, penyiraman sebaiknya dilakukan 2 - 3 hari sekali pada pagi atau
sore hari. Pada fase pengisian umbi, yakni sekitar 60 hst, tanaman bawang putih
paling peka terhadap defisit air, sehingga perlu pengairan yang cukup.
• Penyiangan perlu dilakukan terutama ketika pengaruh mulsa kurang efektif.
• Hama penting pada tanaman bawang putih adalah Thrips dan ulat daun dapat
dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif fosfor organik, merkaptodimetur
atau monokrofos dengan dosis 2 ml/liter air. Sedangkan untuk tungau
dikendalikan dengan akarisida berbahan fenpropatin atau dimeot; penyakit
fusarium dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif bernomil.
• Bawang putih didaratan rendah biasanya telah siap dipanen pada umur 80 - 100
haritergantung keadaan kesuburan tanaman dilapangan. Ciri tanaman bawang
putih siap dipanen, daun tanaman 50 % telah menguning atau kering dan tangkai
batangnya sudah keras. Cara panen dapat dilakukan dengan pencabutan
langsung terutama pada tanah yang ringan dan pencukilan dilakukan pada
tanah-tanah bertekstur agak berat.
• Hasil tanaman diikat sebanyak 30 tangkai tiap ikat dan dijemur selama 1 - 2
minggu.
IV. DESKRIPSI BAWANG PUTIH
VARIETAS LUMBU PUTIH
• Asal tanaman : D.I.Yogyakarta
• Umur panen : 100 - 110 hst
• Tinggi tanaman : 52 - 65 cm
• Diameter : 1, 25 - 1,5 cm
• batang semu
• Kemampuan : tidak berbunga
• berbunga
• Bentuk daun : silindris, pipih dan lebar, posisi tegak
• Warna daun : agak keabu-abuan
• Banyak daun : 8 - 9 helai
• pertanaman
• Habitus tanaman : rozet
• Bentuk umbi : bulat, mengarah ke setiga yang dasarnya datar
• Besar umbi : 3,5 cm - 6,0 cm dan panjang 2,6 cm - 4,0 cm
• Warna umbi : putih dengan gari-garis ungu tidak merata pada ujungnya
• Jumlah siung/umbi : 15 - 20 siung
• Bentuk siung : panjang 2,3 cm- 3,1 cm dan lebar 1,3 cm - 1,7 cm
• Warna siung : putih agak krem
• Bau dan aroma : kurang kuat
• Kemampuan : 4 - 8 ton / hektar
• berproduksi
• Susut bobot umbi : 35%- 40%
• Keterangan : tumbuhan baik di daerah dataran rendah pada ketinggian
6- 200m dpl
Sumber : Dinas Pertanian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Seksi Sayuran dan Aneka Tanaman

Panduan Ringkas Budidaya Jagung Hibrida


Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat di andalkan dan dikembangkan untuk menjadi komoditas unggulan pertanian kita. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi serta berkualitas, maka penanganan budidaya tanaman jagung haruslah dilakukan secara tepat, cermat dan menyeluruh mulai dari pemilihan benih unggul, pengolahan lahan, perawatan tanaman hingga pengendalian hama penyakit dan penanganan pasca panennya.

PENANAMAN


  • Lakukan Pengolahan Tanah sebaik mungkin.
  • Persiapkan Perlengkapan tanam seperti Tugal (mata satu dan mata dua) (lihat gambar diatas) dan Tali yang telah di tandai jarak tanam 20 cm dengan simpul tali plastik.
  • Gunakan Jarak Tanam : 70 cm x 20 cm untuk 1 tanam perlubang (lihat gambar diatas).
  • Masukkan benih dalam lubang tugal dan tutup dengan tanah yang gembur.
  • Sebelum memasukkan benih kedalam lubang tanam, dianjurkan terlebih dahulu benih diberikan fungisida sistemik dengan menggunakan DEMORF 60 WP 5 gram/sachet. Penggunaannya sebagai berikut : 1 sachet DEMORF di masukkan kedalam wadah ember, kemudian di tambah sedikit air untuk sekedar basah, selanjutnya masukkan 1 kg benih, aduk hingga merata (1 sachet DEMORF 60 WP 5 gram = 1 kg benih).

PEMUPUKAN

 

A. Pemupukan Bersamaan Tanam (Pupuk Dasar)

Pemupukan bersamaan tanam (Pupuk Dasar) dapat membantu meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap serangan hama lalat bibit dan penyakit bulai.

  • Berikan Pupuk Dasar : NPK 15:15:15 = 200-300 Kg/Ha. Letakkan pupuk dengan jarak 5 cm disamping lubang benih (lihat gambar di bawah).
  • Dosis pupuk yang diletakkan : 6 gram/lubang tanaman (lihat gambar di bawah).
Catatan : Jika pemupukan bersamaan tanam (Pupuk Dasar) tidak dilakukan, pemupukan dapat di lakukan paling lama 14 HST dengan menggunakan pupuk UREA = 200 Kg/Ha dicampur NPK 15:15:15 = 200 Kg/Ha, dengan dosis perlubang tanam 6 gram.

Pemupukan bersamaan tanam dapat juga di lakukan dengan cara mencampur dari 3 jenis pupuk dengan rincian pupuk dan kebutuhan perhektarnya sebagai berikut : 

  • UREA : 150 Kg/Ha, kebutuhan perlubang tanaman = 2 gram/lubang tanaman.
  • TSP48% : 175 Kg/Ha, kebutuhan perlubang tanaman = 2,5 gram/lubang tanaman.
  • KCL : 75 Kg/Ha, kebutuhan perlubang tanaman = 1,5 gram/lubang tanaman.

Total pemakaian pupuk dengan cara mencampur dari ketiga jenis pupuk diatas kebutuhan perhektarnya adalah 400 Kg/Ha dengan kebutuhan perlubang tanaman 6 gram.

B. Pemupukan Susulan Pertama

 

TANAMAN UMUR 25 - 30 HARI 

  • Lakukan pemupukan susulan pertama dengan : UREA = minimal 200 Kg/Ha.
  • Letakkan pupuk dengan jarak 10 cm disamping tanaman dan tutup dengan tanah.
  • Dosis pupuk yang diletakkan : 5 gram/lubang tanaman.
  • Lakukan penyiangan dan pembumbunan.
  • Berikan pengairan secukupnya.
  • Apabila timbul gejala hama/penyakit, semprotlah dengan menggunakan pestisida menurut anjuran.

C. Pemupukan Susulan Kedua


TANAMAN UMUR 40 - 45 HARI

  • Lakukan pemupukan susulan kedua dengan : UREA = 200 Kg/Ha.
  • Letakkan pupuk dengan jarak 15 cm disamping tanaman dan tutup dengan tanah.
  • Dosis pupuk yang diletakkan : 5 gram/lubang tanaman.
  • Lakukan penyiangan dan pembumbunan hingga akar semu tertutup oleh tanah.
  • Berikan pengairan lebih banyak pada saat pembungaan dan pengisian biji.
  • Bebaskan tanaman dari gulma selama masa pertumbuhan sampai menjelang panen.
Pengendalian manual yang biasa dilakukan adalah :
  • Pengendalian gulma/rumput dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 30 hari setelah tanam.
  • Pengendalian gulma sebaiknya dilakukan dengan cara herbisida. 
  • Aplikasi penyemprotan dilakukan pada sela-sela tanaman jagung dan dihindari terkena langsung dengan tanaman jagung (dianjurkan memberi sungkup pada nozzle).
Contoh gulma yang bisa dikendalikan oleh herbisida NOXONE 297SL  adalah :
  • Cyperus sp. 
  • Digitaria adscendens  
  • Paspalum conjugatum 
  • Eleusine indica  
  • Panicum repens 
  • Mikania sp.
  •  Euphorbia hirta 
  • Imperata cylindrica 
  • Mimosa pudica 
  • Cynodon dactilon 
  • Ischaemum timorense 
PENGAIRAN

  • Pengairan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman jagung. Kekurangan air berpengaruh pada produktivitas tanaman. Kelebihan air (lahan tergenang dalam jangka waktu lama) juga menyebabkan tanaman jagung mati.
  • Apabila lahan yang digunakan memiliki jaringan irigasi dan persediaan air yang cukup maka lakukan pengairan setiap 10 hari sekali dengan cara mengalirkan pada larikan dan secepatnya dibuang dan dipastikan  tidak ada yang menggenang.
  • Apabila lahan yang digunakan merupakan lahan tanpa irigasi atau lahan darat yang tidak mempunyai persediaan air (sungai, danau, rawa, dll) maka pengairan bisa dilakukan dengan sistem irigasi sumur atau disiram secara manual (pada dasarnya jagung tidak memerlukan banyak air).
  • Buat sumur-sumur gali/bor di dekat lahan dan alirkan airnya dengan menggunakan pompa.
  • 10 hari menjelang panen sebaiknya pengairan dihentikan agar proses pengeringan tongkol dapat dipercepat.

Catatan : Dosis pemupukan untuk masing-masing daerah berbeda sehingga harus di sesuaikan dengan kondisi tanah atau menurut anjuran.

PENGAPLIKASIAN TAMBAHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAMIGRO 


MAMIGRO adalah Pupuk Daun Komplit yang formulanya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman baik unsur hara makro seperti : N, P dan K maupun unsur hara mikro seperti : Cu, Co, B, Mg, Zn, S, Fe, Mn, Mo dan unsur-unsur hara lain yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan pengaplikasian tambahan dengan menyemprotkan Pupuk Daun Komplit MAMIGRO.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, Pupuk Daun Komplit MAMIGRO + BIGGEST. Pencampuran MAMIGRO dan BIGGEST dengan cara : dapat dicampur dengan

1 botol MAMIGRO 500 ml di campur dengan 1 botol BIGGEST (10 ml) lalu diaduk (untuk 20 tangki).

Dosis Pengaplikasian :

Untuk 1 tangki = 25 ml (1 tutup botol) MAMIGRO yang telah dicampur BIGGEST.
Catatan : MAMIGRO dapat di campur dengan Insektisida dan Fungisida (apabila tanaman timbul gejala hama/penyakit). Penyemprotan Pupuk Cair MAMIGRO, sebaiknya di lakukan pada pagi hari sebelum jam 10.00 atau sore hari setelah jam 16.00.

Manfaat pengaplikasian tambahan dengan metode MAMIGRO sebagai berikut :

  • Pertumbuhan tanaman Jagung menjadi lebih subur.
  • Batang dan daun kelihatan lebih hijau.
  • Batang lebih besar dan kokoh.
  • Pertumbuhan buah menjadi lebih besar, berat dan merata.

Pengaplikasian yang di lakukan hanya dua kali :

  • Aplikasi I  : Umur tanaman Jagung berumur 14 HST.
  • Aplikasi II : Umur tanaman Jagung berumur 30 HST.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN (HPT)


Pengendalian hama penyakit tanaman dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dan fungisida. Insektisida dan fungisida yang disarankan dengan menggunakan insektisida dan fungisida CYPERMAX 100 EC 500 ml + TRISULA 450 SL 500 ml (untuk 20 tangki) dan DEMORF 60 WP 5 gram/sachet.

CYPERMAX 100 EC 500 ml dan TRISULA 450 SL 500 ml adalah insektisida yang sangat efektif mengendalikan hama tanaman berupa ulat, kutu daun dan hama penghisap lainya seperti :
  • Penggerek Batang.
  • Penggerek Daun.
  • Wereng Coklat.
  • Ulat tongkol.

DEMORF 60 WP 5 gram/sachet adalah fungisida sistemik yang berfungsi untuk penyakit jamur/bulai.

Dosis Penyemprotan :

Untuk 1 tangki = 25 ml (1 tutup botol) CYPERMAX + 25 ml (1 tutup botol) TRISULA dicampur dengan 1 sachet DEMORF 60 WP 5 gram (dapat juga dicampur dengan MAMIGRO disaat pengaplikasian untuk sekaligus penyemprotan).

Catatan :
Untuk pengaplikasian dan penyemprotan hama/penyakit, kebutuhan pupuk cair, insektisida dan fungisida disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
Penyemprotan insektisida dan fungisida dapat di lakukan apabila tanaman timbul gejala hama/penyakit.

Senin, 08 April 2013

KEDELAI VARIETAS UNGGUL BARU HASIL PEMULIAAN MUTASI RADIASI


Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat penting, karena memiliki
multi guna. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan sebagai bahan
baku agroindustri seperti tempe, tahu, tauco, kecap,susu kedelai dan untuk keperluan
industri pakan ternak.
Kebutuhan kedelai nasional Indonesia meningkat tiap tahunnya. Saat ini kebutuhan
perkapita mencapai 13, 41 kg. Kebutuhan kedelai secara nasional per tahun 2004
sebanyak 2.955.000 ton sedangkan produksi dalam negeri hanya 1.878.898 ton.
Produks rerata nasional 1,2 ton per hektar, sedangkan produk rerata dunia saat ini
sudah mencapai 1,9 ton per hektar. Ini merupakan peluang sekaligus sebai tantangan
bagi para petani Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.
Bila pengelolaan penanaman kedelai di Indonesia dilakukan secara baik dan benar
ternyata produksinya masih dapat ditingkatkan. Sebagai contoh di Jawa Timur saat
dilakukan lomba Insus kedelai dapat dicapai produktivitas rerata 2,8 ton per hektar,
bahkan ada yang mencapai 4,3 ton per hektar.
Upaya yang dapat dilakukan adalah terus membina petani yaitu dengan
penggunaan bibit unggul yang memiliki umur pendek/genjah serta tahan terhadap hama
dan penyakit. Selain itu harus didukung oleh irigasi yang baik, penggunaan pupuk yang
tepat serta penanganan pasca panen yang baik.
Pemuliaan Mutasi Kedelai
Badan Tenaga Nuklir Nasional ( BATAN ) sebagai lembaga penelitian sejak tahun
1972 telah melakukan penelitian dengan teknologi mutasi radiasi untuk mendapatkan
varietas baru yang unggul.
Pelaksanaan penelitian di BATAN pada awalnya dimulai dengan mengiradiasi
benih padi untuk mendapatkan varietas baru yang unggul dan genjah. Pemuliaan mutasi
dengan teknologi radiasi tersebut hingga tahun 2005 telah menghasilkan padi unggul
sebanyak 12 (dua belas) varietas. Disamping itu teknik iradiasi juga ditrapkan pada
tanaman palawija khususnya untuk mendapatkan varietas unggul kedelai.
Jumlah ketersediaan varietas unggul kedelai di Indonesia hingga sekarang masih
terbatas. Krena itu BATAN dalam peran sertanya memperbanyak varietas unggul terus
melaksanakan kegiatan penelitian untuk memecahkan masalah nasional tersebut.
Pemuliaan mutasi kedelai dimulai pada tahun 1977. Sampai dengan tahun 1998
dengan memanfaatkan teknik mutasi radiasi telah dihasilkan 3 vareietas unggul kedelai
yaitu Muria dan Tengger, yang dirilis pada tahun 1987 dan varietas Meratus yang dirilis
pada tahun 1998. Hasil dari kegiatan litbangyasa di bidang kekacangan ini agak lambat
karena penelitian lebih difokuskan pada varietas padi yang merupakan bahan pangan
utama dan lebih memerlukan perhatian untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional
Pada tahun 2004 yang lalu BATAN kembali merilis varietas unggul baru kedelai
setelah beberapa tahun tidak merilis varietas sejak tahun 1998. Varietas baru ini
merupakan hasil persilangan dari galur mutan No. 214 dengan Galur Mutan 23-D
( dihasilkan dari iradiasi sinar Y terhadap varietas Guntur) . Varietas ini diberi nama
Rajabasa dan dilepas sebagai varietas unggul melalui SK Menteri Pertanian No. 171/
KPTS/LB 240/3/2004.
Dibandingkan denagn varietas sebelumnya varietas Rajabasa memiliki beberapa
keunggulan tertentu, yaitu tingkat produktivitasnya mencapai 2, 05 – 3,90 ton per hektar,
sedangkan varietas lainnya hanya berkisar antara 1,4-1,6 ton per hektar. Biji kedelai
varietas Rajabasa berwarna kuning mengkilat dan ukuran butir lebih besar serta berat per
butirnya mencapai 150 gr. Namun sisi kelemahannya adalah umur tanaman lebih panjang
sekitar 6-8 hari.
Dengan tersedianya berbagai varietas unggul kedelai diharapkan para petani
kembali berbagai untuk menanam palawija, khususnya kedelai untuk memenuhi
kebutuhan nasional yang saat ini masih jauh lebih besar dibandingkan dengan
kemampuan produksinya. Dengan memanfaatkan teknik mutasi radiasi, Batan terus
berupaya menciptakan varietas baru untuk memperkaya keragaman genetic yang
memudahkan petani dalam memilih varietas yang disukai.
Hasil varietas unggul Batan ini terus dimasyarakatkan ke berbagai daerah agar
hasil litbang ini didayagunakan oleh masyarakat luas. Melalui program kerja sama yang
dijalin Batan dengan Pemerintah Propinsi/ Kota dan perguruan tinggi setempat hasil
litbang tersebut sudah dikenalkan di daerah yang meliputi 22 propinsi di seluruh
Indonesia.
Tanggapan masyarakat terhadap varietas baru hasil mutasi radiasi cukup baik.
Melalui pembinaan yang intensif terhadap cara bertani dan penjelasan-penjelasan yang
berkaitan dengan penggunaan teknik radiasi dalam menciptakan varietas unggul, para
petani dapat mengerti. Keraguan yang dirasakan masyarakat terhadap dampak radiasi
yang masih ada di dalam biji kedelai menjadi berkurang. Dengan melihat produktivitasnya
yang tinggi para petani mulai menyukai untuk menanam varietas baru tersebut. Melihat
animo masyarakat yang meningkat terhadap varietas tersebut maka Batan di masa
mendatang akan memperluas kerja sama kemitraan dengan daerah-daerah lain.
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir
Gedung Perasten : Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Pasar Jum'at, Jakarta 12440
Kotak Pos : 4390, Jakarta 12043, Indonesia, telp : (021) 7659401, 7659402
Fax (021) 75913833, Email : pdin@batan.go.id, infonuk@jkt.bozz.com
www.batan.go.id, www.infonuklir.com

BUDIDAYA KACANG HIJAU


I. Syarat Tumbuh
a. Tanah
- Tekstur : liat berlempung banyak mengandung bahan organic,
aerasi dan drainase yang baik.
- Struktur tanah gembur
- pH 5,8-7,0 optimal 6,7
b. Iklim
- Curah hujan optimal 50-200 mm/bln
- Temperatur 250-270 C, dengan kelembaban udara 50-80% dan
cukup mendapat sinar matahari
II. Teknologi Budidaya
a. Benih
Varietas unggul nasional seperti No:129, Merak, Betet, Walet,
Gelatik, Murai, dll. Kebutuhan benih 15-20 kg/ha. Syarat benih bebas
hama, seragam bebas kotoran dan berumur pendek.
b. Pengolahan tanah
- Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak dilakukan
pengolahan tanah (TOT) penyiapan lahan yang baik dilakukan
sebelum tanam.
- Pada tanah bertekstur ringan tidak perlu dilakukan pengolahan
tanah.
- Pada lahan kering (tegalan) pengolahan tanah dilakukan intensif
dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk tanah
tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm),
dibuat petakan 3-4 meter.
- Tanah tegalan bekas tanaman jagung, kedelai atau padi gogo
perlu pengolahan tanah minimal.
- Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat meneka
serangan lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma, mencegah
penguapan air dan perbaikan struktur tanah.
III. Penanaman
- Waktu tanam
Pada lahan sawah, tanaman kacang hijau ditanam pada musim
kemarau setelah padi. Sedangkan di lahan tegalan dilaukan pada
awal sampai musim hujan.
- Cara tanam
Benih ditanam dengan cara ditugal, dengan jarak 40 cm x 10 cm atau
40 cm x 15 cm, tiap lubang diisi 2 biji.
IV. Pemupukan
- Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak perlu dilakukan
pemupukan
- Pada lahan kering diperlukan pemupukan dengan NPK
- Pada tanah yang kurang subur dilakukan pemupukan 45 kg urea
+45-90 kg TSP + 50 kg KCl/ha
- Penambahan pupuk organic seperti pupuk kompos, pupuk kandang
dapat meningkatkan kapasitas menahan air di dalam tanah.
V. Pengairan
Tanaman kacang hijau relative tahan kering, namun tetap memerlukan
pengairan terutama pada periode kritis yaitu pada waktu
perkecambahan, menjelang berbunga dan pembentukan polong.
VI. Penyiangan
Penyiangan dilakukan seawall mungkin karena kacang hijau tidak tahan
bersaing dengan gulma. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2&4
minggu.
VII. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama
- Hama yang sering menyerang adalah agromyza phaseolli (lalat
kacang), maruca testualitis, spidoptera sp, Plusia chalsites (ulat)
dan kutu trips.
- Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan varietas
unggul yang tahan hama penyakit.
- Penggunaan pestisida dilakukan apabila serangan hama dapat
dikendalikan dengan cara bilogis.
b. Penyakit
- Penyakit kacang hijau yang sering ditemui antara lain Sclerotium
rolfsii, Cercospora canescens (bercak daun)
- Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas yang tahan
penyakit atau dengan menggunakan pestisida.
VIII. Panen dan Pasca Panen
a. Panen
Kacang hijau dipanen sesuai umur varietas. Tanda-tanda lain bahwa
kacang hijau telah siap untuk dipanen adalah berubahnya warna polong
dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering. Keterlambatan panen
dapat mengakibatkan polong pecah saat di lapangan. Panen dilakukan
dengan cara dipetik. Panen dapat dilakukan satu,
b. Pasca panen

HIDROPONIK SEDERHANA


Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya. Tanaman dapat di tanam dalam pot atau wadah lainnya dengan menggunakan air dan atau bahan-bahan porus lainnya, seperti kerikil, pecahan genting, pasir, pecahan batu ambang, dan lain sebagainya sebagai media tanamnya.
Untuk memperoleh zat makanan atau unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, ke dalam air yang digunakan dilarutkan campuran pupuk organik. Campuran pupuk ini dapat diperoleh dari hasil ramuan sendiri garam-garam mineral dengan formulasi yang telah ditentukan atau menggunakan pupuk buatan yang sudah siap pakai.
Bercocok tanam secara hidroponik dapat memberikan keuntungan, antara lain :
1. tanaman terjamin kebebasannya dari hama dan penyakit.
2. produksi tanaman lebih tinggi.
3. tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih efisien.
4. tanaman memberikan hasil yang kontinu.
5. lebih mudah dikerjakan tanpa membutuhkan tenaga kasar.
6. tanaman dapat tumbuh pada tempat yang semestinya tidak cocok.
7. tidak ada resiko sebagai ketergantungan terhadap kondisi alam setempat, dan
8. dapat dilakukan pada tempat-tempat yang luasnya terbatas.
A. ALAT DAN BAHAN
B.1 ALAT
1. Baki persemaian
2. Jerigen
3. Wadah atau pot plastik
4. hand sprayer
5. Kompor dan penangas air
6. Timbangan OHAUS
7. Pipa paralon berdiamter ½ inc. 20 cm
8. Ember
B.2 BAHAN
1. Jenis tanaman yang akan ditanam
2. Bahan porus (pasir, kerikil, pecahan batu bata atau bahan porus lainnya).
3. Garam-garam mineral atau pupuk siap pakai.
C. CARA KERJA
C.1 MEMPERSIAPKAN RAMUAN PUPUK
Buatlah ramuan pupuk dengan formulasi yang sesuai dengan yang anda inginkan. Pilih salah satu formulasi di bawah ini
Formula 1
Garam Mineral
Jumlah (gram)
Sodium Nitrat
Super Fosfat
Potasium Sulfat
Zing Sulfat
Mangan Klorida
Asam Borat
Kupri Sulfat
Feri Sulfat
354
198
113
113
3,5
3,5
3,5
3,5
Formula 2
Garam Mineral
Jumlah (gram)
U r e a
Tri Super Fosfat (TSP)
Kalium Klorida (KCl)
Gandasil D
10
10
10
10
Larutkan dalam 10 liter air
Formula 3
Garam Mineral
Jumlah (gram)
NPK
Gandasil D
15
10
Larutkan dalam 10 liter air
C.2 MENYEDIAKAN TANAMAN
C.2.1 Memperoleh tanaman dengan cara persemaian (pembibitan)
1. Sterilkan pasir yang telah disaring (ayak) dengan cara mecuci dengan air bersih secara berulang-ulang dan rendamlah dalam air mendidih selama lebih kurang satu jam.
2. Cucilah baki persemaian dan isislah dengan pasir yang telah disterilkan tadi kira-kra setinggi 3-4 cm. (Baki persemaian terlebih dahulu diberi lubang pada alasnya).
3. Siram baki persemaian dengan air bersih dan biarkan beberpa menit hingga kelebihan airnya terbuang.
4. Taburkan biji tanaman yang akan ditanam di atas pasir pada baki persemaian. Usahakan letak biji satu dengan lainnya tidak terlalu rapat.
5. Jagalah jangan sampai pasir tempat persemaian kekeringan. Gunakan hand sprayer yang diisi air biasa untuk menjaga kelembaban pasir atau bila perlu tutuplah baki persemaian dengan kaca.
6. Pindahkan bibit tanaman yang diperoleh ke dalam tempat permanen atau persemaian kedua, setelah bibit tanaman memiliki 2-4 buah daun. Jika akan langsung ke tempat penenaman hidroponik, bersihkan pasir-pasir yang masih menempel pada akar tanaman.
C.2.2 Memperoleh tanaman dari bibit yang telah tersedia
1. Pasanglah lembaran surat kabar bekas di atas meja atau tempat bekerja yang anda gunakan.
2. Ambillah pot yang telah berisi tanaman dan tempatkan sebelah tanag anda di atas permukaan tanah dalam pot. Letakan tanaman dengan kukuh di antara jari-jari (diantara telunjuk dan jari tengah).
3. Peganglah dasar pot dengan tangan yang masih bebas kemudian balikkan pot tersebut dan dengan hati-hati tarik keluar tanaman beserta akar-akarnya
4. Bila tanaman tidak mau lepas, benturkan pot tersebut dengan hati-hati secara berulang-ulang pada suatu permukaan yang keras, bila tetap tidak mau terlepas gunakan pisau tumpul untuk mengorek permukaan dalam bagian atas dari pot tersebut.
5. Apabila telah berhasil peganglah batang tanaman (masih dalam posisi dijepit dua jari yang tidak terlalu kuat) dengan sebelah tangan dan gunakan tangan anda yang masih bebas untuk menghilangkan semua gumpalan tanah yang masih melekat pada akar tanaman. Lakukanlah langkah ini dengan hati-hati.
C.3 MENANAM TANAMAN
1. Sediakan wadah atau pot yang akan dipakai. Usahakan jangan ada lubang bocor pada alasnya.
2. Berilah lubang-lubang pada setiap sisi dari wadah, kira-kira 4-5 cm dari alasnya dan cucilah wadah tadi hingga bersih.
3. Sediakan media yang akan digunakan (pasir, kerikil, atau pecahan bata). Cucilah dengan bersih media tersebut dan rendamlah dalam air mendidih selama kurang lebih satu jam.
4. Masukkan media yang telah bersih pada wadah yang tersedia hingga volumenya mencapai 3-4 cm di atas lubang pada sisi wadah atau lebih tinggi tergantung wadah yang digunakan. Sisipkanlah pipa paralon pada tepi wadah.
5. Tanamkan tanaman yang telah tersedia pada wadah yang telah berisi media tadi. Lakukan penanaman dengan hati-hati, usahakan tidak merusak akarnya. Sesuaikan jumlah tanaman dengan luas wadah.
6. Tuangkanlah air bersih tanapa pupuk ke dalam wadah yang telah berisi tanaman. Tuangkan hingga mencapai permukaan media dan biarkan beberapa menit hingga kelebihan air terbuang melalui lubang-lubang di tepi wadah.
7. Simpanlah wadah pada tempat yang aman. Usahakan untuk sementara tidak terkena cahaya matahari langsung. Bila dirasa perlu tutuplah wadah dengan plastik transparan.
8. Biarkanlah tanaman hingga satu sampai dua minggu. Jangan sekali-kali memberi larutan pupuk pada wadah dengan tanaman yang baru ditanam. Periksalah air pada wadah melalui paralon, jika telah habis isi kembali dengan air bersih.
9. Setelah satu atau dua minggu, atau telah tampak adanya akar atau daun baru, tuangkanlah larutan campuran pupuk. Pada saat ini tanaman sudah bisa menerima cahaya matahari penuh.
10. Lakukanlah pemeriksaan terhadap tanaman secara kontinu. Tambahkanlah larutan pupuk yang baru apabila larutan pupuk dalam wadah hampir habis. Jangan terlalu sering memberi larutan pupuk hingga banyak yang terbuang.
11. Buatlah catatan terhadap perubahan tanaman yang terjadi, seperti kecepatan tumbuh, warna daun, banyaknya buah yang dihasilkan dan lain sebagainya.
PERTANYAAN:
1. Unsur-unsur apa yang terdapat pada urea, TSP, KCl, NPK, dan Gandasil D yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman?
2. Apakah peranan unsur-unsur yang terdapat pada urea, TSP, dan KCl bagi pertumbuhan tanaman? Bagaimana gejala kekurangan unsur-unsur tersebut dan bagaimana pula pengaruhnya bagi tumbuhan tersebut?
3. Pada formulasi campuran kedua dan ketiga, dari manakah tumbuhan memperoleh unsur mikro? Apakah perannnya bagi pertumbuhan dan apakah dampak kekurangannya? Jelaskan!
4. Buatlah perbandingan pertumbuhan tanaman dengan ketiga media tumbuh yang berbeda (pasir, kerikil dan pecahan batu bata). Pada media mana tumbuhan tumbuh paling baik?
5. Buatlah diskusi kecil dalam kelompok untuk membahas gejala-gejala pertumbuhan yang tidak dikehendaki yang muncul selama pengamatan, kemudian hipotesiskan pemecahannya.
HIDROPONIK TANAMAN HIAS
DAFTAR PUSTAKA
Adi rahmat, 1994, Bioteknologi Bahan Bakar (Biotenologi Energi), Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
Djumali Manguneidjaja dan Ani Suryani, 1994, Teknologi Bioproses, Penebar Swadaya, Jakarta.
Elan Suherlan, 1994, Bioteknologi Bahan Pangan, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
-----------------, Adi Rahmat dan Amprasto, 1995, Pembuatan Minyak Secara Fermentasi Dengan Menggunakan Jamur Ragi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Bandung.
-----------------, Ammi Syiulasmi, BR Simangunsongm Toeti S. Pudjiharto, dan Soesy Asyiah, 1994, Peningkatan Keterampilan Penerapan Pengetahuan Biologi Dalam kehidupan Sehari-hari Bagi Guru-guru SD di Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung, Laporan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat IKIP Bandung.
F.G. Winarno, dkk., 1980, Pengantar Teknologi Pangan, Gramedia, jakarta
Hartman, T.H., and D.E Kester, 1968, Plant Propagation, Prentice hall Inc., Englewood Cleffs, New Jersey.
Hendro Sunaryono, 1984, Pengantar Pengetahuan Dasar Hortikultura, Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Hieronymus B. Santoso, 1995, Menjernihkan Air Dengan Biji Kelor, Nova, No. 376/VIII, hal. XXII.
Lembaga Fisika Nasional, LIPI, Brosur Pembuatan Minyak Kelapa Dengan Ragi Roti.
Olsen, H.S., 1988, Aqueous Enzymatic Extraction Of Oil From Seed, In: Food Science And Technology In Industrial Development, S. Maneepun et al (ed.), Vol I, bangkok, p.30-37.
Pusat Pendidikan dan Latihan Pertanian, badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian, 1975, Lembaran Petunjuk Latihan Teknologi Makanan, Pendidikan Guru Pertanian, PGP-Kejuruan Teknologi Makanan, Yogyakarta.
Slesser, M. and C. Lewis, 1979, Biological Energy Resources, London, E & F N. Spon Ltd., A Halsted Press Book, John Wiley & Sons, New York.
Stainier, R. Y., M. Doudorroff, and E. A. Adelberg, 1970, The Microbial World, Prentice Hal of Japan Inc., Tokyo.
Sub Balittan Pasar Minggu, 1983, mempertahankan Kesegaran Buah-buahan dan Sauran, Balai Penelitian Hortikultura Lembang, bandung