Powered By Blogger

Senin, 15 April 2013

Metode Penentuan Kebutuhan Hara pada Tanaman Jeruk




Jeruk merupakan salah satu komoditi hortikultura penting yang permintaannya cukup besar dari tahun ke tahun dan paling menguntungkan untuk diusahakan (Lotit Jeruk), 2003). Kenyataan ini mendorong pemerintah untuk tetap memberikan prioritas utama dalam pengembangannya. Jeruk dapat membe-rikan sumbangan besar dalam pening-katan pendapatan petani, disukai oleh konsumen karena kandungan gizi yang tinggi, aromanya menarik, dan permintaan pasar (domestik dan luar negeri) yang terus meingkat dari tahun ke tahun. Dengan pengelolaan yang baik, usahatani jeruk dapat memberikan pendapatan Rp. 50 - Rp. 90 juta/ha/tahun (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2003).
Keberhasilan budidaya jeruk sangat ditentukan oleh kesehatan tanaman yang terkait langsung dengan intensitas perawatan, pemupukan, pengendalian hama/penyakit, pemangkasan, pengenda-lian gulma, pengaturan air dan lain-lain. Pemahaman tentang kebutuhan tanaman jeruk terhadap pupuk menjadi salah satu kunci keberhasilan budidaya jeruk yang menguntungkan. Tidak saja terhadap tanaman yang dipupuk tetapi terhadap ekosistem secara keseluruhan. Dengan demikian budidaya jeruk tersebut dapat leastari sebagai sumber pendapatan petani.
A. Arti Penting Pemupukan
Budidaya tanaman cenderung menyebabkan kemunduran lahan jika tidak diimbangi dengan pemupukan yang memadai. Kemunduran lahan tersebut antara lain disebabkan oleh semakin menurunya kesuburan, kerusakan sifat fisik dan biologis, serta menipisnya ketebalan tanah. Berkurang keseuburan terjadi karena tanah kehilangan  unsur hara dari daerah perakaran melalui panen, pencucian, erosi, dan denitrifikasi. Kerusakan sifat-sifat fisik dan biologis tanah antara lain berupa rusaknya agregat tanah, berkurangnya kemantapan struktur, berkurangnya kadar bahan organik, serta berkurangnya jumlah dan aktivitas mikroorganime yang hidup di dalam tanah. Sementara itu, berkurang-nya ketebalan tanah terjadi karena erosi. Upaya peningkatan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk.
Pemupukan bertujuan  menambah unsur hara tertentu di dalam tanah yang tidak cukup bagi kebutuhan tanaman. Terdapat kecenderungan peningkatan jumlah (dosis) dan jenis (macam unsur hara) pupuk yang harus diberikan seiring dengan semakin lamanya budidaya tanaman pada sebidang lahan.
Pemupukan sebaiknya dilakukan berdasarkan asas keseimbangan. Pem-berian pupuk yang mengandung unsur hara tertentu secara berlebihan akan mengganggu penyerapan unsur hara lainnya. Hasil maksimal dari suatu upaya pemupukan akan diperoleh jika dilakukan dengan tepat meliputi dosis, jenis, waktu, dan cara pemberiannya.
B. Metode Penentuan Kebutuhan Unsur Hara
Menentukan kebutuhan pupuk bagai tanaman jeruk tidak akan menghasilkan jumlah yang pasti, tetapi dengan metode yang benar kebutuhan ril tanaman dapat didekati. Pendekatan kebutuhan unsur hara ini akan lebih bersifat sementara jika dikaitkan dengan nilai ekonomi. Disam-ping itu, kebutuhan unsur hara dengan sasaran hasil fisik belum tentu sama dengan kebutuhan unsur hara dengan sasaran hasil ekonomi. Meskipun demi-kian, biasanya kebutuhan unsur hara dengan sasaran hasil fisik yang didahu-lukan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan untuk mencari nilai ekonomi tinggi.
Kebutuhan pupuk yang rasional umumnya dipasarkan pada (1) Jenis tanaman dan produksi yang ingin dicapai dimana setiap produksi memerlukan tingkat pemupukan yang berbeda, (2) Ketersediaan hara yang dari dalam tanah. Setiap tanah dapat mensuplai kebutuhan hara yang berbeda-beda, sehingga jumlah tambahan berbeda-beda, (3) Jenis pupuk yang digunakan, Jenis ini mencerminkan kandungan hara dan kemudahan melarut, (4) Efisiensi pemupukan, mencerminkan mobilitas hara dalam tanah, dan (5) Waktu pemupukan, mencerminkan perkembangan tanaman, kecepatan penyerapan hara (Rachhim, 1996).
Secara garis besar terdapat lima metode pendekatan untuk mengetahui kebutuhan unsur hara tanaman, yaitu berdasarkan gejala visual kekahatan, berdasarkan hasil percobaan pemupukan, berdasarkan macam dan jumlah unsur hara yang terangkut keluar dari lahan, berdasarkan ketersediaan hara di dalam tanah (hasil analisis tanah), serta berdasarkan tingkat penyerapan unsur hara oleh tanaman (hasil analisis jaringan tanaman).
1. Berdasarkan Gejala Visual Kekahatan
Pemupukan yang dilakukan berdasarkan adanya gejala kekahatan ta-naman bersifat kualitatif dan penentuan jumlahnya bersifat kira-kira, keculai sudah hasil percobaan sebelumnya. Metode ini dengan cepat dapat dilakukan segera setelah timbulnya gejala. Keseimbang-an hara merupakanfaktor penting dalam menggambarkan gejala kahat, karena kekahatan dapat disebabkan oleh lebih dari satu unsur hara tertentu.
- Kahat hara yang terlihat pada daun muda misalnya B, Cu, Ca, Zn, Mn, dan Fe.
- Gejala pada daun tua atau muda, misalnya N dan S.
- Gejala pada daun tua misalnya Mg, K, Mo.
Gejala kahat seringkali pada awalnya hanya pada beberapa pohon atau hanya pada cabang-cabang tertentu dapat menjadi masalah pada masa-masa selanjutnya. Berikut ini diuraikan secara singkat gejala-gejala kekahatan dan keracunan hara pada tanaman jeruk (Wutscher dan Smith, 1996).
Kahat N
Gejala
- Ditunjukkan dalam banyak hal. Pada tanaman yang mengalami kahat lanjut, N ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda, umur daun lebih singkat dari 1 : 3 tahun menjadi 6 bulan.
- Gejala lain daun menguning, hijau tua.
- Jeruk membutuhkan N 2,5 - 3 % untuk pertumbuhan daun.
- Kebutuhan pupuk N adalah 110 - 325 kg/ha
Kahat fosfor
Gejala :
- Kemunduran pertumbuhan dan hasil, daun mengecil, warna daun seperti perunggu dan gugur lebih cepat, kulit buah kasar, tebal, warna lebih tua, tidak berair, rasanya sangat asam .
- Kahat P sering terjadi pada tanah-tua yang tua, tanah berpasir, dan gambut.
- Pada tanah-tanah berat P harus dimasukkan ke zone perakaran.
Kahat Kalium
- Berfungsi sebagai buffer anion dan stabilitas pH.
- Gejala kahat terjadi jika K daun <0,3 - 0,4 %.
- Gejala awal daun kaku.
- Pertumbuhan tanaman lambat dan mati cabang.
- Daun mengecil berwarna kekuningan terus berwarna perunggu pada 1/2 bagian luar daun.
- Gejala selanjutnya ujung daun berwarna coklat seperti terbakar (hangus).
- Kulit buah kasar dan tebal, warnanya hijau tua dan rasanya sangat asam, dan ukurannya lebih kecil.
- K bersifat antagonis terhadap Mg, Ca, NH3 - N.
- Kebutuhan K 110-300 kg K2O/ha.
Kahat Kalsium
- Tanaman kerdil, perakaran tanaman berkurang, mati cabang, gejala kekuningan di antara tulang daun.
Kahat Magnesium
-  Gejala kahat pada daun tua < 0,2%, warna daun seperti perunggu dan kuning.
Beberapa kelemahan yang terdapat pada metode gejala kahat ini adalah :
- Gejala kahat hara ada yang mempunyai gejala yang mirip dengan gejala penyakit tertentu misalnya kahat Zn mirip gejala penyakit CVPD.
- Jika terjadi kahat lebih dari unsur, gejala yang timbul biasanyasusah dikenal, kecuali dengan analisis jaringan tanaman.
- Pemberian pupuk yang didasarkan pada gejala kahat relatif sudah terlambat.
- Jumlah unsur hara yang diperlukan belum dapat ditentukan.
2. Berdasarkan Hasil Percobaan Pemupukan
Metode ini merupakan satu-satunya metode langsung untuk mendekati kebutuhan unsur hara tanaman, yaitu dengan membuat satu seri dari beberapa macam dan atau dosis hara yang diberikan kepada tanaman pada lingkungan tertentu. Produksi yang diperoleh dipasangkan dengan macam/dosis unsur hara yang bersangkutan untuk dibuat grafik. Dari grafik ini dapat diketahui macam/dosis optimal untuk masing-masing unsur hara. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Sulawesi Selatan diketahui bahwa dosis pupuk untu jeruk keprok adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kebutuhan Pupuk Jeruk Keprok pada Berbagai Umur Tanaman

Umur Jeruk Dosis pupuk (gram/pohon/tahun)
Urea SP-36 KCL Pukan
A. 1 300 50 125 -

2 350 70 175 -

3 1300 380 720 20 kg

4 1300 440 830 30 kg
B. 5-6 1200 600 1200 30 kg
Sumber : A. Taufik dkk. (200), Armiati dkk. (2001), lokasi Kabupaten Selayar. B. Muhammad dkk. (2004), Lokasi Kabupaten Bulukumba.
Sementara untuk jeruk siem umur 30 bulan di Luwu Utara adalah 325 g Urea + 100 g TSP + 325 g KCL + 50 kg pupuk kandang per pohon per tahun dengan R/C ratio 2,73 (taufik dkk, 1998). Di kabupaten  Sidrap, dosis pemupukan jeruk siem umur 19 bulan adalah 250 g Urea + 30 g TSP + 125 g KCL dan 25 kg pupuk kandang per pohon pertahuan (Asaad dkk., 1993).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jeruk selain memerlukan hara makro seperti N, P, K, Mg juga memerlukan hara mikro seperti Zn dan Mn. Pemberian hara mikro dapat dilakukan melalui tanah maupun daun dengan intensitas sekali setahun pada fase vegetatif optimal.
Takaran untuk hara mikro adalah 0,4 % (sebagai pupuk daun), 1% melalui tanah dalam bentuk TSP+ . Magnesium diberikan dalam bentuk dolomit sebanyak 2 - 5 t/ha, tetapi bila pH mendekati netral, takaran yang diberikan hanya 200 kg/ha. Sebagai pupuk daun Mg diberikan dalam bentuk MgSO4 dengan konsentrasi 1 %. Dengan memakai pupuk berimbang hasil yang dapat di peroleh dapat meningkat sebesar 21,8 - 58,1 %. Hara N,P dan K diberikan dalam bentuk Urea, TSP dan ZK secara larikan mengeliling batang ± 100 cm dari batang ata selebar tajuk tanaman sedalam 10 - 15 cm, atau dapat pula dengan membuat lubang pada tanah sedalam ± 30 cm dengan takarannya di sesuaikan dengan umur tanaman kesuburan tanag (Djoemaijah, 1994).
Penentuan dosis pupuk berdasarkan percobaan pemupukan merupakan metode yang paling dapat dipercaya tetapi mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :
- Memerlukan lokasi yang cukup banyak.
- Memerlukan waktu yang cukup lama.
- Hasil percobaan hanya dapat digunakan ditempat lain yang memiliki agroekosistem yang relatif sama.
3. Berdasarkan Unsur Hara yang Diangkut Hasil Panen atau Replacement Treatment
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa agar produktivitas dapat dipertahankan, semua unsur hara yang diangkut hasil panen dari tanah harus diganti dengan pengembalian unsur hara dalam bentuk pupuk. Cara ini diawali dengan menganalisir kadar hara di dalam bahan yang dipanen, Kemudian dikalikan dengan bobot bahan yang dipanen.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal kecepatannya untuk segera dapat digunakan. Agar kecepatannya terjamin, setiap kali panen seharusnya diadakan analisis kadar hara di dalam hasil panen untuk dasar penentuan dosis pupuk berikutnya, tetapi dalam praktik kebanyakan hanya dilakukan hanya sekali analisis yang kemudian dijadikan pedoman penentuan dosis pupuk pada tahun-tahun berikutnya. Kelemahan metode ini adalah tidak dapat digunakan untuk tanaman yang belum berproduksi.
4. Berdasarkan Hasil Analisis Tanah
Metode ini bertolak pada suatu kaidah bahwa pemupukan dilakukan jika jumlah unsur hara di dalam tanah lebih rendah dari pada yang dibutuhkan tanaman. Penjabaran kaidah tersebut adalah semakin rendah kadar hara di dalam tanah, semakin banyak unsur hara yang harus ditambahkan sebagai pupuk, dan sebaliknya. Untuk menentukan jumlah pupuk yang ditambahkan perlu diketahui dulu hubungan antar kadar unsur hara tertentu. Di Indonesia metode ini banyak digunakan, tetapi masih terbatas pada lokasi tertentu sehingga belum ada standar hara dengan pengekstrak tertentu yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan dosis pupuk khususnya pada tanaman jeruk.
5. Berdasarkan Hasil Analisis Jaringan Tanaman
Analisis jaringan tanaman menggunakan prinsip dasar bahwa tanaman itu sendiri sebagai pengekstrak unsur hara dari tanah, sehingga untuk mengetahui kebutuhannya tingga menganalisis jumlah unsur hara yang di ekstrak atau diserap tanaman tersebut. Untuk tanaman jeruk, bagian yang dianalisis adalah daunnya yang sudah dewasa baik yang mendukung dan tidak mendukung buah. Metode ini di Indonesia baru digunakan untuk skala penelitian. Tetapi tetap diperlukan mengingat bahwa jeruk yang ditanam di Indonesia sangat banyak varietasnya maupun keragaman di dalam varietas itu sendiri. Langkah pertama metode ini adalah mencari hubungan antara kadar unsur hara daun dan produktivitas setelah diketahui, dicari hubungan antara dosis unsur hara (pupuk) yang diberikan dan kadar hara daun. Hubungan ini diperlukan untuk menentukan jumlah pupuk yang akan diberikan. Melalui analisis jaringan tanaman dapat diketahui jumlah unsur hara yang secara aktual dapat diserap tanaman. Hal yang mutlak terpenuhi dalam metode ini adalah (1) contoh daun yang diambil betul-betul mewakili lahan yang akan dipupuk, (2) Bagian tanaman yang  diambil harus memenuhi kriteria yang ditentukan agar dapat dibandingkan dengan standar, serta yang mempunyai kolerasi erat dengan produksi. Kriteria kecukupan hara berdasarkan analisis daun disajikan pada Tabel 2.
6. Metode Penentuan Pupuk Pusat Penelitian dan Pengambangan Hortikultura
Pusat penelitian dan pengem-bangan Hortikultura menggunakan meto-de penentuan dosis pupuk berdasarkan jumlah buah yang dipanen tahun sebelumnya, yaitu 3 % dari toral bobot buah tiap pohon dalam bentuk NPK (3:1:2)  diberikan dua kali per tahun bersama pupuk kandang. Tetapi secara umum Puslitbanghort juga masih menganjurkan penentuan kebutuhan pupuk pada jeruk berdasarkan umur tanaman dan status hara dalam tanah (Tabel 3).
Tabel 2. Kriteria kecukupan hara jeruk berdasarkan konsentrasinya dalam daun
Unsur hara Konsentrasi kritis dalam daun
Kahat Optimum Berlebih
Hara makro (%)


Nitrogen (N) < 2.4 2.4-2.6 > 3.0
Fosfor (P) < 0.10 0.14-0.16 > 0.25
Kalium (K) < 0.7 0.9-1.2 > 1.7
Kalsium (Ca) < 2.5 3.0-6.0 > 7.0
Magnesium (Mg) < 0.16 0.25-6.0 > 1.2
Sulfur (S) < 0.14 0.2-0.4 > 0.5
Natrium (Na) - < 0.16 > 0.25
Klor (Cl) - < 0.3 > 0.7
Hara mikro (ppm)


Mangan (Mn) < 16 25-200 > 300
Besi (Fe) < 36 60-120 > 200
Seng (Zn) < 16 25-100 > 300
Tembaga (Cu) < 3.6 5-10 > 15
Boron (B) < 15 30-100 > 250
Sumber : Anonim (2004)
Tabel 3. Takaran pupuk pada tanaman jeruk
Umur Tanaman (tahun) Urea (g/ph) TSP (g/ph) ZK (g/ph) Pupuk kandang (kg/ph)
1 250 25 100 20
2 400 50 200 40
3 600 75 300 60
4 800 100 400 80
5 1000 125 500 100
6 1200 150 600 120
7 1400 175 700 140
8 1600 200 800 160
9 1600-2000 200 800 200
Sumber (Puslitbanghort (2003)
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode penentuan kebutuhan pupuk pada tanaman jeruk yang paling ideal adalah berdasarkan hasil percobaan pemupukan. Namun karena masih terbatasnya lokasi percobaan pemupukan kebutuhan hara tanaman jeruk berdasarkan analisis tanah yang digabungkan dengan analisis jaringan merupakan pendekatan yang dapat dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Fertiliser Recommenda-tions for Horticultura Crops. Citrus http://www.hornet.co.nz/publications/guides/fertmanual/citurs.ht. Diakses tgl. 9-12-2004 jam 13.06 WITA.
Armiati, M. Thamrin, A. Imran, W. Dewayani, M. Taufik. A. Rajab, B. Bappu dan A. SAalim. 2001. Kajian Sistem Usahatani Jeruk Keprok Selayar di Sul-Sel. Laporan Penelitian BPTP Sul-Sel.
Asaad, M., Nurjanani, L. Hutagalung dan Hasbi. 1993. Pengaruh Pupuk Urea, TSP, KCL dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan Jeruk Siem di Kabupaten Sidrap. Jurnal Horti. Vol. 3 (1)
Davies, F.S. and L.G. Albrigo, 1998. Citrus. CAB International. 241 p.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura 2003. Strategi Pengembangan Agribsinis Jeruk di Indonesia. Lokakarya, Kontes Buah dan Temu Bisnis Pamelo Nasional, Batu-Jawa Timur, 13-14 Mei 2003.
Djoema'ijah, A. Supriyanto, Soenarso, dan Suroto. 1994. Optimasi Penggunaan Lahan dan Pengaruh Kerapatan Tanam terhadap pertumbuhan jeruk keprok dan manis. Bull. Penel. Hort. 3(2): 11-18.
Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik. 2003. Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, Strategi Pengendalian Penyakit CVPD. Puslitbang Hortikultura.
Muhammad, H., Muh. Asaad, W. Dewayani, Armiati, Cicu, Hartini. 2004. Kajian peningkatan produktivitas dan mutu jeruk. Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
Puslitbang Hortikultura, 2003. Pedoman umum penelitian dan pengkajian penerapan perbaikan pengelolaan tanaman (PTT) jeruk. 11 hlm.
Rachim, A. 1996. Aspek-aspek pemupukan. Makalah disajikan pada pelatihan Pembinaan Uji Tanah dan Analisis Tanaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar