Oleh : Hatta Muhammad dan Idaryani
Jeruk merupakan salah satu komoditi hortikultura
penting yang permintaannya cukup besar dari tahun ke tahun dan paling
menguntungkan untuk diusahakan (Lotit Jeruk), 2003). Kenyataan ini
mendorong pemerintah untuk tetap memberikan prioritas utama dalam
pengembangannya. Jeruk dapat membe-rikan sumbangan besar dalam
pening-katan pendapatan petani, disukai oleh konsumen karena kandungan
gizi yang tinggi, aromanya menarik, dan permintaan pasar (domestik dan
luar negeri) yang terus meingkat dari tahun ke tahun. Dengan pengelolaan
yang baik, usahatani jeruk dapat memberikan pendapatan Rp. 50 - Rp. 90
juta/ha/tahun (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2003).
Keberhasilan budidaya jeruk sangat ditentukan oleh
kesehatan tanaman yang terkait langsung dengan intensitas perawatan,
pemupukan, pengendalian hama/penyakit, pemangkasan, pengenda-lian gulma,
pengaturan air dan lain-lain. Pemahaman tentang kebutuhan tanaman jeruk
terhadap pupuk menjadi salah satu kunci keberhasilan budidaya jeruk
yang menguntungkan. Tidak saja terhadap tanaman yang dipupuk tetapi
terhadap ekosistem secara keseluruhan. Dengan demikian budidaya jeruk
tersebut dapat leastari sebagai sumber pendapatan petani.
A. Arti Penting Pemupukan
Budidaya tanaman cenderung menyebabkan kemunduran
lahan jika tidak diimbangi dengan pemupukan yang memadai. Kemunduran
lahan tersebut antara lain disebabkan oleh semakin menurunya kesuburan,
kerusakan sifat fisik dan biologis, serta menipisnya ketebalan tanah.
Berkurang keseuburan terjadi karena tanah kehilangan unsur hara dari
daerah perakaran melalui panen, pencucian, erosi, dan denitrifikasi.
Kerusakan sifat-sifat fisik dan biologis tanah antara lain berupa
rusaknya agregat tanah, berkurangnya kemantapan struktur, berkurangnya
kadar bahan organik, serta berkurangnya jumlah dan aktivitas
mikroorganime yang hidup di dalam tanah. Sementara itu, berkurang-nya
ketebalan tanah terjadi karena erosi. Upaya peningkatan kesuburan tanah
dapat dilakukan dengan pemberian pupuk.
Pemupukan bertujuan menambah unsur hara tertentu di
dalam tanah yang tidak cukup bagi kebutuhan tanaman. Terdapat
kecenderungan peningkatan jumlah (dosis) dan jenis (macam unsur hara)
pupuk yang harus diberikan seiring dengan semakin lamanya budidaya
tanaman pada sebidang lahan.
Pemupukan sebaiknya dilakukan berdasarkan asas
keseimbangan. Pem-berian pupuk yang mengandung unsur hara tertentu
secara berlebihan akan mengganggu penyerapan unsur hara lainnya. Hasil
maksimal dari suatu upaya pemupukan akan diperoleh jika dilakukan dengan
tepat meliputi dosis, jenis, waktu, dan cara pemberiannya.
B. Metode Penentuan Kebutuhan Unsur Hara
Menentukan kebutuhan pupuk bagai tanaman jeruk tidak
akan menghasilkan jumlah yang pasti, tetapi dengan metode yang benar
kebutuhan ril tanaman dapat didekati. Pendekatan kebutuhan unsur hara
ini akan lebih bersifat sementara jika dikaitkan dengan nilai ekonomi.
Disam-ping itu, kebutuhan unsur hara dengan sasaran hasil fisik belum
tentu sama dengan kebutuhan unsur hara dengan sasaran hasil ekonomi.
Meskipun demi-kian, biasanya kebutuhan unsur hara dengan sasaran hasil
fisik yang didahu-lukan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan untuk
mencari nilai ekonomi tinggi.
Kebutuhan pupuk yang rasional umumnya dipasarkan pada
(1) Jenis tanaman dan produksi yang ingin dicapai dimana setiap
produksi memerlukan tingkat pemupukan yang berbeda, (2) Ketersediaan
hara yang dari dalam tanah. Setiap tanah dapat mensuplai kebutuhan hara
yang berbeda-beda, sehingga jumlah tambahan berbeda-beda, (3) Jenis
pupuk yang digunakan, Jenis ini mencerminkan kandungan hara dan
kemudahan melarut, (4) Efisiensi pemupukan, mencerminkan mobilitas hara
dalam tanah, dan (5) Waktu pemupukan, mencerminkan perkembangan tanaman,
kecepatan penyerapan hara (Rachhim, 1996).
Secara garis besar terdapat lima metode pendekatan
untuk mengetahui kebutuhan unsur hara tanaman, yaitu berdasarkan gejala
visual kekahatan, berdasarkan hasil percobaan pemupukan, berdasarkan
macam dan jumlah unsur hara yang terangkut keluar dari lahan,
berdasarkan ketersediaan hara di dalam tanah (hasil analisis tanah),
serta berdasarkan tingkat penyerapan unsur hara oleh tanaman (hasil
analisis jaringan tanaman).
1. Berdasarkan Gejala Visual Kekahatan
Pemupukan yang dilakukan berdasarkan adanya gejala
kekahatan ta-naman bersifat kualitatif dan penentuan jumlahnya bersifat
kira-kira, keculai sudah hasil percobaan sebelumnya. Metode ini dengan
cepat dapat dilakukan segera setelah timbulnya gejala. Keseimbang-an
hara merupakanfaktor penting dalam menggambarkan gejala kahat, karena
kekahatan dapat disebabkan oleh lebih dari satu unsur hara tertentu.
- Kahat hara yang terlihat pada daun muda misalnya B, Cu, Ca, Zn, Mn, dan Fe.
- Gejala pada daun tua atau muda, misalnya N dan S.
- Gejala pada daun tua misalnya Mg, K, Mo.
Gejala kahat seringkali pada awalnya hanya pada
beberapa pohon atau hanya pada cabang-cabang tertentu dapat menjadi
masalah pada masa-masa selanjutnya. Berikut ini diuraikan secara singkat
gejala-gejala kekahatan dan keracunan hara pada tanaman jeruk (Wutscher
dan Smith, 1996).
Kahat N
Gejala
- Ditunjukkan dalam banyak hal. Pada tanaman yang
mengalami kahat lanjut, N ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda,
umur daun lebih singkat dari 1 : 3 tahun menjadi 6 bulan.
- Gejala lain daun menguning, hijau tua.
- Jeruk membutuhkan N 2,5 - 3 % untuk pertumbuhan daun.
- Kebutuhan pupuk N adalah 110 - 325 kg/ha
Kahat fosfor
Gejala :
- Kemunduran pertumbuhan dan hasil, daun mengecil,
warna daun seperti perunggu dan gugur lebih cepat, kulit buah kasar,
tebal, warna lebih tua, tidak berair, rasanya sangat asam .
- Kahat P sering terjadi pada tanah-tua yang tua, tanah berpasir, dan gambut.
- Pada tanah-tanah berat P harus dimasukkan ke zone perakaran.
Kahat Kalium
- Berfungsi sebagai buffer anion dan stabilitas pH.
- Gejala kahat terjadi jika K daun <0,3 - 0,4 %.
- Gejala awal daun kaku.
- Pertumbuhan tanaman lambat dan mati cabang.
- Daun mengecil berwarna kekuningan terus berwarna perunggu pada 1/2 bagian luar daun.
- Gejala selanjutnya ujung daun berwarna coklat seperti terbakar (hangus).
- Kulit buah kasar dan tebal, warnanya hijau tua dan rasanya sangat asam, dan ukurannya lebih kecil.
- K bersifat antagonis terhadap Mg, Ca, NH3 - N.
- Kebutuhan K 110-300 kg K2O/ha.
Kahat Kalsium
- Tanaman kerdil, perakaran tanaman berkurang, mati cabang, gejala kekuningan di antara tulang daun.
Kahat Magnesium
- Gejala kahat pada daun tua < 0,2%, warna daun seperti perunggu dan kuning.
Beberapa kelemahan yang terdapat pada metode gejala kahat ini adalah :
- Gejala kahat hara ada yang mempunyai gejala yang
mirip dengan gejala penyakit tertentu misalnya kahat Zn mirip gejala
penyakit CVPD.
- Jika terjadi kahat lebih dari unsur, gejala yang timbul biasanyasusah dikenal, kecuali dengan analisis jaringan tanaman.
- Pemberian pupuk yang didasarkan pada gejala kahat relatif sudah terlambat.
- Jumlah unsur hara yang diperlukan belum dapat ditentukan.2. Berdasarkan Hasil Percobaan Pemupukan
Metode ini merupakan satu-satunya metode langsung
untuk mendekati kebutuhan unsur hara tanaman, yaitu dengan membuat satu
seri dari beberapa macam dan atau dosis hara yang diberikan kepada
tanaman pada lingkungan tertentu. Produksi yang diperoleh dipasangkan
dengan macam/dosis unsur hara yang bersangkutan untuk dibuat grafik.
Dari grafik ini dapat diketahui macam/dosis optimal untuk masing-masing
unsur hara. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di
Sulawesi Selatan diketahui bahwa dosis pupuk untu jeruk keprok adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Kebutuhan Pupuk Jeruk Keprok pada Berbagai Umur Tanaman
Umur Jeruk | Dosis pupuk (gram/pohon/tahun) | ||||
Urea | SP-36 | KCL | Pukan | ||
A. | 1 | 300 | 50 | 125 | - |
2 | 350 | 70 | 175 | - | |
3 | 1300 | 380 | 720 | 20 kg | |
4 | 1300 | 440 | 830 | 30 kg | |
B. | 5-6 | 1200 | 600 | 1200 | 30 kg |
Sumber : A. Taufik dkk. (200), Armiati dkk.
(2001), lokasi Kabupaten Selayar. B. Muhammad dkk. (2004), Lokasi
Kabupaten Bulukumba.
Sementara untuk jeruk siem umur 30 bulan di Luwu
Utara adalah 325 g Urea + 100 g TSP + 325 g KCL + 50 kg pupuk kandang
per pohon per tahun dengan R/C ratio 2,73 (taufik dkk, 1998). Di
kabupaten Sidrap, dosis pemupukan jeruk siem umur 19 bulan adalah 250 g
Urea + 30 g TSP + 125 g KCL dan 25 kg pupuk kandang per pohon pertahuan
(Asaad dkk., 1993).
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman
jeruk selain memerlukan hara makro seperti N, P, K, Mg juga memerlukan
hara mikro seperti Zn dan Mn. Pemberian hara mikro dapat dilakukan
melalui tanah maupun daun dengan intensitas sekali setahun pada fase
vegetatif optimal.
Takaran untuk hara mikro adalah 0,4 % (sebagai pupuk daun), 1% melalui tanah dalam bentuk TSP+
. Magnesium diberikan dalam bentuk dolomit sebanyak 2 - 5 t/ha, tetapi
bila pH mendekati netral, takaran yang diberikan hanya 200 kg/ha.
Sebagai pupuk daun Mg diberikan dalam bentuk MgSO4 dengan
konsentrasi 1 %. Dengan memakai pupuk berimbang hasil yang dapat di
peroleh dapat meningkat sebesar 21,8 - 58,1 %. Hara N,P dan K diberikan
dalam bentuk Urea, TSP dan ZK secara larikan mengeliling batang ± 100 cm
dari batang ata selebar tajuk tanaman sedalam 10 - 15 cm, atau dapat
pula dengan membuat lubang pada tanah sedalam ± 30 cm dengan takarannya
di sesuaikan dengan umur tanaman kesuburan tanag (Djoemaijah, 1994).
Penentuan dosis pupuk berdasarkan percobaan pemupukan
merupakan metode yang paling dapat dipercaya tetapi mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu :
- Memerlukan lokasi yang cukup banyak.
- Memerlukan waktu yang cukup lama.
- Hasil percobaan hanya dapat digunakan ditempat lain yang memiliki agroekosistem yang relatif sama.
3. Berdasarkan Unsur Hara yang Diangkut Hasil Panen atau Replacement Treatment
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa agar
produktivitas dapat dipertahankan, semua unsur hara yang diangkut hasil
panen dari tanah harus diganti dengan pengembalian unsur hara dalam
bentuk pupuk. Cara ini diawali dengan menganalisir kadar hara di dalam
bahan yang dipanen, Kemudian dikalikan dengan bobot bahan yang dipanen.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal kecepatannya
untuk segera dapat digunakan. Agar kecepatannya terjamin, setiap kali
panen seharusnya diadakan analisis kadar hara di dalam hasil panen untuk
dasar penentuan dosis pupuk berikutnya, tetapi dalam praktik kebanyakan
hanya dilakukan hanya sekali analisis yang kemudian dijadikan pedoman
penentuan dosis pupuk pada tahun-tahun berikutnya. Kelemahan metode ini
adalah tidak dapat digunakan untuk tanaman yang belum berproduksi.
4. Berdasarkan Hasil Analisis Tanah
Metode ini bertolak pada suatu kaidah bahwa pemupukan
dilakukan jika jumlah unsur hara di dalam tanah lebih rendah dari pada
yang dibutuhkan tanaman. Penjabaran kaidah tersebut adalah semakin
rendah kadar hara di dalam tanah, semakin banyak unsur hara yang harus
ditambahkan sebagai pupuk, dan sebaliknya. Untuk menentukan jumlah pupuk
yang ditambahkan perlu diketahui dulu hubungan antar kadar unsur hara
tertentu. Di Indonesia metode ini banyak digunakan, tetapi masih
terbatas pada lokasi tertentu sehingga belum ada standar hara dengan
pengekstrak tertentu yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan dosis
pupuk khususnya pada tanaman jeruk.
5. Berdasarkan Hasil Analisis Jaringan Tanaman
Analisis jaringan tanaman menggunakan prinsip dasar
bahwa tanaman itu sendiri sebagai pengekstrak unsur hara dari tanah,
sehingga untuk mengetahui kebutuhannya tingga menganalisis jumlah unsur
hara yang di ekstrak atau diserap tanaman tersebut. Untuk tanaman jeruk,
bagian yang dianalisis adalah daunnya yang sudah dewasa baik yang
mendukung dan tidak mendukung buah. Metode ini di Indonesia baru
digunakan untuk skala penelitian. Tetapi tetap diperlukan mengingat
bahwa jeruk yang ditanam di Indonesia sangat banyak varietasnya maupun
keragaman di dalam varietas itu sendiri. Langkah pertama metode ini
adalah mencari hubungan antara kadar unsur hara daun dan produktivitas
setelah diketahui, dicari hubungan antara dosis unsur hara (pupuk) yang
diberikan dan kadar hara daun. Hubungan ini diperlukan untuk menentukan
jumlah pupuk yang akan diberikan. Melalui analisis jaringan tanaman
dapat diketahui jumlah unsur hara yang secara aktual dapat diserap
tanaman. Hal yang mutlak terpenuhi dalam metode ini adalah (1) contoh
daun yang diambil betul-betul mewakili lahan yang akan dipupuk, (2)
Bagian tanaman yang diambil harus memenuhi kriteria yang ditentukan
agar dapat dibandingkan dengan standar, serta yang mempunyai kolerasi
erat dengan produksi. Kriteria kecukupan hara berdasarkan analisis daun
disajikan pada Tabel 2.
6. Metode Penentuan Pupuk Pusat Penelitian dan Pengambangan Hortikultura
Pusat penelitian dan pengem-bangan Hortikultura
menggunakan meto-de penentuan dosis pupuk berdasarkan jumlah buah yang
dipanen tahun sebelumnya, yaitu 3 % dari toral bobot buah tiap pohon
dalam bentuk NPK (3:1:2) diberikan dua kali per tahun bersama pupuk
kandang. Tetapi secara umum Puslitbanghort juga masih menganjurkan
penentuan kebutuhan pupuk pada jeruk berdasarkan umur tanaman dan status
hara dalam tanah (Tabel 3).
Tabel 2. Kriteria kecukupan hara jeruk berdasarkan konsentrasinya dalam daun
Unsur hara | Konsentrasi kritis dalam daun | ||
Kahat | Optimum | Berlebih | |
Hara makro (%) | |||
Nitrogen (N) | < 2.4 | 2.4-2.6 | > 3.0 |
Fosfor (P) | < 0.10 | 0.14-0.16 | > 0.25 |
Kalium (K) | < 0.7 | 0.9-1.2 | > 1.7 |
Kalsium (Ca) | < 2.5 | 3.0-6.0 | > 7.0 |
Magnesium (Mg) | < 0.16 | 0.25-6.0 | > 1.2 |
Sulfur (S) | < 0.14 | 0.2-0.4 | > 0.5 |
Natrium (Na) | - | < 0.16 | > 0.25 |
Klor (Cl) | - | < 0.3 | > 0.7 |
Hara mikro (ppm) | |||
Mangan (Mn) | < 16 | 25-200 | > 300 |
Besi (Fe) | < 36 | 60-120 | > 200 |
Seng (Zn) | < 16 | 25-100 | > 300 |
Tembaga (Cu) | < 3.6 | 5-10 | > 15 |
Boron (B) | < 15 | 30-100 | > 250 |
Sumber : Anonim (2004)
Tabel 3. Takaran pupuk pada tanaman jeruk
Umur Tanaman (tahun) | Urea (g/ph) | TSP (g/ph) | ZK (g/ph) | Pupuk kandang (kg/ph) |
1 | 250 | 25 | 100 | 20 |
2 | 400 | 50 | 200 | 40 |
3 | 600 | 75 | 300 | 60 |
4 | 800 | 100 | 400 | 80 |
5 | 1000 | 125 | 500 | 100 |
6 | 1200 | 150 | 600 | 120 |
7 | 1400 | 175 | 700 | 140 |
8 | 1600 | 200 | 800 | 160 |
9 | 1600-2000 | 200 | 800 | 200 |
Sumber (Puslitbanghort (2003)
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
metode penentuan kebutuhan pupuk pada tanaman jeruk yang paling ideal
adalah berdasarkan hasil percobaan pemupukan. Namun karena masih
terbatasnya lokasi percobaan pemupukan kebutuhan hara tanaman jeruk
berdasarkan analisis tanah yang digabungkan dengan analisis jaringan
merupakan pendekatan yang dapat dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Fertiliser Recommenda-tions for
Horticultura Crops. Citrus
http://www.hornet.co.nz/publications/guides/fertmanual/citurs.ht.
Diakses tgl. 9-12-2004 jam 13.06 WITA.
Armiati, M. Thamrin, A. Imran, W. Dewayani, M.
Taufik. A. Rajab, B. Bappu dan A. SAalim. 2001. Kajian Sistem Usahatani
Jeruk Keprok Selayar di Sul-Sel. Laporan Penelitian BPTP Sul-Sel.
Asaad, M., Nurjanani, L. Hutagalung dan Hasbi.
1993. Pengaruh Pupuk Urea, TSP, KCL dan Pupuk Kandang terhadap
Pertumbuhan Jeruk Siem di Kabupaten Sidrap. Jurnal Horti. Vol. 3 (1)
Davies, F.S. and L.G. Albrigo, 1998. Citrus. CAB International. 241 p.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura
2003. Strategi Pengembangan Agribsinis Jeruk di Indonesia. Lokakarya,
Kontes Buah dan Temu Bisnis Pamelo Nasional, Batu-Jawa Timur, 13-14 Mei
2003.
Djoema'ijah, A. Supriyanto, Soenarso, dan Suroto.
1994. Optimasi Penggunaan Lahan dan Pengaruh Kerapatan Tanam terhadap
pertumbuhan jeruk keprok dan manis. Bull. Penel. Hort. 3(2): 11-18.
Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropik.
2003. Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, Strategi Pengendalian
Penyakit CVPD. Puslitbang Hortikultura.
Muhammad, H., Muh. Asaad, W. Dewayani, Armiati,
Cicu, Hartini. 2004. Kajian peningkatan produktivitas dan mutu jeruk.
Laporan Hasil Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Selatan.
Puslitbang Hortikultura, 2003. Pedoman umum
penelitian dan pengkajian penerapan perbaikan pengelolaan tanaman (PTT)
jeruk. 11 hlm.
Rachim, A. 1996. Aspek-aspek pemupukan. Makalah disajikan pada pelatihan Pembinaan Uji Tanah dan Analisis Tanaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar