Powered By Blogger

Selasa, 26 Maret 2013

Buah Srikaya





Srikaya merupakan tanaman pendatang yang berasal dari Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya telah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda dengan nama buah nona sri. Srikaya yang tersebar di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan srikaya dari luar negeri yang telah lama beradaptasi. Terdapat beberapa varietas srikaya yang dikenal dunia. Varietas srikaya yang terdapat di Indonesia adalah varietas langsar, gading, dan bangil. Sedangkan di Australia terdapat varietas pink mammoth, srikaya merah, dan African pride13. Sedangkan di Thailand terdapat dua varietas srikaya yaitu varietas Fai dan varietas Nahng (Sunarjono 2005). Kandungan gizi yang terdapat pada buah srikaya dapat dilihat pada Tabel 5. Dalam tata nama tumbuhan, srikaya diklasifikasikan ke dalam :

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L

Tabel 5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya

No
Zat Gizi
Kandungan
1
Kalori (Kal)
101
2
Protein (g)
1,7
3
Lemak (g)
0,6
4
Karbohidrat (g)
25,2
5
Kalsium (mg)
27
6
Fosfor (mg)
20
7
Besi (mg)
0,8
8
Vitamin A (SI)
-
9
Vitamin B (mg)
0,08
10
Vitamin C (mg)
22
11
Air (g)
71,5

Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya (2005)

1. Sifat Botani Srikaya

Tanaman srikaya berbentuk perdu atau pohon yang tingginya dapat mencapai 6 m dengan umur hingga 20 tahun. Tanaman srikaya sangat tahan terhadap kekeringan. Namun untuk perkembangan buahnya, srikaya perlu cukup air.

1) Akar

Akar srikaya agak dalam sehingga dapat mencapai 1 – 2 m dan jumlah percabangan akarnya tidak banyak.

                        2) Batang

Batang srikaya kecil dengan jumlah percabangan sedikit sehingga tidak sesuai untuk tanaman pelindung. Kayunya keras tetapi tidak dapat digunakan sebagai bahan bangunan, hanya untuk kayu bakar.

                        3) Daun

Bentuk daun srikaya menyerupai panah. Ujung daun runcing dan warna daun hijau tua. Umumnya letak daun agak melengkung ke bawah dan urat daun menonjol. Lebar daunnya 3 – 5,5 cm, sedangkan panjang daunnya 2 – 3 kali lebarnya atau sekitar 7 – 17 cm, bagian bawah daunnya juga sedikit berbulu.

                        4) Bunga

Ukuran bunga srikaya agak kecil dan bentuknya bulat dengan ujung runcing. Letak bunga tunggal atau berkelompok berhadapan dengan letak daun. Daun mahkota bagian luar panjang berjumlah tiga helai panjangnya mencapai 2,5 cm dan berwarna hijau. Sementara warna pangkal daun mahkota berwarna ungu. Mahkota bagian dalam pendek sekali sehingga hampir tampak tidak jelas.
Dalam penyerbukannya, tanaman srikaya dibantu oleh kumbang Nitidulidae atau sejenis lebah madu. Pada saat kepala (kantong) sari membuka atau pecah maka tepung sari telempar ke luar. Hal tersebut ditandai dengan adanya bunga yang mekar.

                        5) Buah

Bakal buah srikaya berbentuk bulat telur seperti ginjal. Buah tersebut terdiri dari beberapa segmen yang bersatu yang membentuk buah semu. Permukaan kulit buah benjol-benjol dengan warna kuning kehijauan yang bertepung putih. Jumlah bijinya banyak sekali dan biji tersebut berwarna hitam kecoklatan. Adapun ciri-ciri buah matang diantaranya benjolan merenggang, bedak tampak tebal, warna agak kekuningan, dan aroma harum muncul. Bila terlambat dipanen dan kondisi tanah basah, buah sering retak, dan busuk.
Buah yang dihasilkan dari setiap varietas tanaman srikaya memiliki perbedaan. Buah srikaya lokal memiliki berat buah rata-rata 150 g per buah, daging buah putih, rasa buah manis dengan kristal seperti pasir, bijinya besar, dan penuh. Sedangkan bentuk buah srikaya merah dari Australia sama dengan srikaya lokal, warna kulit buah merah dengan berat rata-rata 100 g per buah, dan daging buah berwarna putih, rasanya halus dan kenyal, bijinya kering dan gepeng. Sedangkan srikaya pink mammoth memiliki bentuk yang tidak teratur, kulit buah tebal, dan tidak mudah pecah, tekstur daging lembut, beraroma kuat dan bijinya sedikit dengan berat rata-rata 0,5 – 2 kg per buah (Radi 1997).

2. Agroekologi Tanaman Srikaya

Penyebaran tanaman srikaya sangat erat hubungannya dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan sekedar tumbuh membesar dengan daun rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman srikaya untuk dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat.
Srikaya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah yang paling baik adalah tanah yang mengandung pasir dan kapur. Srikaya dapat tumbuh baik pada derajat keasaman tanah (pH) antara 6 – 6,5 dengan ketinggian tempat antara 100 – 1.000 m dpl (di atas permukaan laut). Pada ketinggian di atas 1.000 m dpl atau dataran tinggi dan pegunungan, tanaman srikaya tumbuh lambat dan enggan berbuah.
Iklim yang dibutuhkan tanaman srikaya harus sesuai. Komponen iklim meliputi curah hujan, suhu udara dan angin. Suhu udara yang sesuai dengan tanaman srikaya antara 20 – 25 ° C dan curah hujan yang dibutuhkan tanaman srikaya antara 1.500 – 3.000 mm/tahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun. Walaupun tanaman srikaya tahan terhadap kekeringan, tetapi untuk pertumbuhan bunga sampai buah matang perlu kelembaban yang cukup di sekitar sistem perakarannya. Tanaman srikaya menyukai tempat yang ada naungan agak teduh karena tanaman srikaya tidak menyukai daerah yang terbuka dan banyak angin kencang. Adanya angin kencang dapat dihambat dengan penanaman mahagoni, cemara atau bambu di sekeliling kebun.

3. Perbanyakan Tanaman Srikaya

Perbanyakan tanaman dilakukan dengan upaya pembibitan. Ada dua cara pembibitan srikaya yang dapat dilakukan, yaitu dengan biji atau perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Pemilihan pohon induk pembibitan berdasarkan pada tanaman srikaya varietas unggul yang produksinya tinggi, mutu buah tinggi , tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta merupakan varietas srikaya yang digemari konsumen.
Biji buah yang dihasilkan dari srikaya varietas unggul dapat dijadikan sumber bibit. Bila telah tumbuh, cabangnya akan dijadikan sumber entris untuk digunakan sebagai mata tempel. Perbanyakan tersebut dilakukan secara klonal (induk tanaman tunggal). Pada umumnya tanaman buah-buahan khususnya srikaya merupakan tanaman heterozigot atau bersifat hibrida. Bila diperbanyak dengan biji, kemungkinan tanaman akan menampakan banyak sifat. Oleh karena itu biji srikaya tidak dianjurkan untuk perbanyakan langsung.
Kini perbanyakan tanaman srikaya dianjurkan secara vegetatif, seperti okulasi, sambungan, dan cangkok. Biji hanya di tanam sebagai pembentuk populasi dalam perbaikan varietas dan sebagai batang pokok dalam perbanyakan vegetatif.

4. Budidaya Tanaman

                        1) Pemilihan Bibit

Bibit dapat diperoleh dengan cara membeli atau dihasilkan sendiri. Bibit yang dibeli harus unggul dan bersertifikat atau berlabel agar dapat dijamin keunggulannya.

                        2) Persiapan Lahan Budidaya

Lahan yang sesuai untuk melakukan usaha budidaya srikaya adalah tanah yang mengandung pasir. Dilakukan pengolahan tanah pada lahan yang akan ditanami srikaya. Setelah diolah, lahan dibuat lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan jarak tanam 3 m x 5 m atau 4 m x 4 m sehingga populasinya sekitar 620 – 660 tanaman/ha.

3) Penanaman

Setelah lubang tanam, pupuk organik dan bibit telah tersedia maka penanaman bibit dapat segera dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70 – 100 cm dimasukkan ke dalam lubang tegak lurus dengan batas sambungan sekitar 10 cm di atas permukaan tanah atau 10 cm masuk dalam lubang. Selanjutnya lubang ditimbun dengan tanah lapisan atas sambil ditekan agar tidak ada rongga-rongga di sekitar akar.

                        4) Pemeliharaan

Pemeliharann tanaman bertujuan agar tanaman menjadi sehat, tumbuh kekar hingga dapat berbuah lebat. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi pemupukan, pemangkasan, penyiraman, penyerbukan bunga, dan penjarangan buah. Pada budidaya srikaya organik, pupuk yang digunakan berupa pupuk organik, yaitu pupuk kandang atau kompos. Banyaknya pupuk kandang yang digunakan yaitu 10 – 20 kg per lubang tanam. Pemberian pupuk kandang sebanyak 10 – 20 kg/tanaman dilakukan 1 tahun sekali.
Pemangkasan cabang dilakukan pada waktu tanaman mencapai tinggi 1,5 m. Sebaiknya, setelah pemangkasan berat atau pemangkasan untuk mempermuda tanaman, tanaman diberi pupuk kandang lagi sebanyak 10 kg per pohon agar berbuah lebat. Dalam pemangkasan cabang pada tanaman srikaya ada dua tujuan. Pertama, pemangkasan mempermudakan tanaman kembali setelah berbuah lebat. Caranya semua cabang yang lemah akibat kandungan buahnya lebat dipotong atau dipangkas agar bertunas yang sehat dan kekar. Kedua, pemangkasan bertujuan agar tanaman cepat berbunga dengan cara ujung cabang dipotong yang diikuti dengan perontokan daunnya. Tanaman srikaya dapat tahan terhadap kekeringan, namun selama pembungaan sampai buah mendekati tua membutuhkan air secara teratur dan tetap sebanyak 2 – 3 liter per pohon.
Penyerbukan pada tanaman srikaya secara alamiah kurang sempurna. Penyebabnya, sifat bunga yang proterogyme, yakni masaknya putik lebih dulu dari tepung sarinya. Akibatnya pertumbuhan buah tidak sempurna. Agar buah lebat dan normal, diperlukan penyerbukan buatan. Penjarangan buah pada tanaman srikaya dilakukan pada tanaman yang penyerbukannya dilakukan secara buatan, karena biasanya buah yang terbentuk dari penyerbukan buatan banyak dan ada yang berdesakan atau rapat. Buah yang berdesakan akan tumbuh tidak normal. Oleh karena itu buah harus dijarangkan agar buah berukuran besar dan bermutu tinggi.

                        5) Panen dan Hasil

Tanaman srikaya dapat menghasilkan buah pada umur 4 – 5 tahun. Panen pada srikaya harus dilakukan pada saat yang tepat, sesuai dengan tujuan pemasaran dan penggunaannya. Untuk pemasaran jarak jauh, sebaiknya buah dipanen sebelum matang. Tujuannya agar buah tidak rusak selama pengangkutan atau pengiriman. Biasanya srikaya dipanen pada kematangan mencapai 80 persen. Ciri buah srikaya yang siap panen adalah benjolan buah renggang, lapisan bedak tebal, dan tercium aromanya. Panen raya buah srikaya terjadi pada bulan Agustus-September. Produksi tanaman srikaya yang baik dapat mencapai 10 – 20 ton/ha/tahun dengan berat sekitar 100 – 300 gram per buah.
Penanganan hasil panen buah srikaya dilakukan untuk mempertahankan kualitas buah agar memiliki nilai jual yang tinggi. Pascapanen buah srikaya meliputi kegiatan pembersihan buah, pemeraman, pemilihan buah serta pengemasan. Hasil panen dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan menghindarkan kelayuan pada buah akibat laju respirasi yang tinggi dan memudahkan penanganan selanjutnya. Buah dibersihkan dari segala kotoran terutama hama kutu putih yang menempel diantara sisik buah. Pembersihan dilakukan menggunakan kuas kering dan bersih, serta diusahakan tidak terkena air yang dapat menyebabkan busuk buah.

5. Hama dan Penyakit

Srikaya seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Hama srikaya yang menyerang srikaya yaitu : (1) Hama penggerek buah (Annonaepestis bengalella) dan lalat buah (Batocera dorsalis atau Dacus dorsalis). Larva lalat ini setelah menetas langsung masuk ke dalam buah srikaya yang masih kecil dan dapat merusak daging buah, (2) Kutu dompol atau kutu putih (Planococcus lepelleyi). Kutu dopol sering menyerang bunga dan buah yang masih kecil, dan (3) Hama kutu putih yaitu kutu lilin. Kutu ini tidak membahayakan tanaman, tetapi dapat membuat penampilan buah menjadi tidak menarik. Kutu ini sering hinggap pada daun bawah serta mengisap cairan bunga dan daun muda. Selain itu, kutu putih yang berkerumun pada bunga dapat menyebabkan bunga berguguran karena cairan dihisapnya.
Penyakit yang biasanya menyerang tanaman srikaya terutama pada kondisi lingkungan yang lembab, yaitu: (1) Penyakit buah busuk, yang disebabkan oleh cendawan Phomopis sp. dan antraknosa (Colletotrichum sp), (2) Penyakit cendawan upas, yang menyerang batang dan dahan bila suhu malam terlalu dingin dan lembab, (3) Penyakit busuk leher batang, yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani, (4) Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) yang menyerang akar dan leher batang srikaya.

6. Pengendalian Hama Terpadu

Pengendalian hama terpadu (HPT) merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan dan tindakan yang diambil selalu meminimalisasi organism pengganggu tanaman (OPT), sekaligus mengurangi biaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan teknik dan metode yang cocok, guna mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomis. Beberapa langkah atau teknik untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan OPT dengan sistem PHT agar pengembangan agribisnis dengan usahatani non kimia sintetik bisa dilaksanakan, antara lain diarahkan pada teknik-teknik budidaya, serta mekanik/fisik, cara biologis, cara kimiawi dari penggunaan tumbuhan/nabati sehingga dapat menekan populasi hama sampai batas ambang ekonomi. Dengan demikian pengendalian hama bebas racun pestisida merupakan alternatif yang perlu disebarluaskan.
Pengendalian hama terpadu mengandung pengertian dan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut (Kusnaedi 1999, diacu dalam Iryanti 2005) :
                        1) Pengendalian hama bukan berupaya untuk membunuh habis populasi hama melainkan mengendalikan hingga populasi di bawah ambang ekonomi.
                        2) Tujuan utama dari pengendalian hama adalah mencapai kualitas dan kuantitas produksi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
                        3) Penggunaan teknik-teknik pengendalian hama dengan memadukan semua teknik pengendalian sebagai berikut :
                        a) Menggunakan varietas yang tahan atau toleran terhadap hama penyakit
                        b) Sistem budidaya yang memperhatikan siklus hama, seperti rotasi tanaman, tumpangsari, waktu tanam dan penggunaan mulsa.
                        c) Pengendalian cara biologis dengan menyebarkan atau memperhatikan kehidupan musuh alami dari hama.
                        d) Pengendalian cara mekanik atau fisik merupakan pengendalian hama dengan cara ditangkap, dibunuh, dijerat dan pemberian umpan beracun.
                        e) Pengendalian pestisida sebagai alternatif terakhir dan penggunaannya harus berdaya bunuh selektif dan dikategorikan aman bagi lingkungan.

7. Penelitian Terdahulu

Siti Nur Laila R (1999) melakukan penelitian mengenai analisis pemasaran buah srikaya segar dan kelayakan finansial perkebunan srikaya tumpang sari dengan kedelai di Kabupaten Dati II Bima, Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis peluang buah srikaya untuk memenuhi konsumsi buah bagi masyarakat di lokasi penelitian, menganalisis saluran pemasaran dan marjin pemasaran di lokasi penelitian, dan menganalisis kelayakan finansial dari perkebunan srikaya. Dari hasil penelitian diketahui tiap tahun akan terjadi kenaikan konsumsi buah srikaya per kapita sebesar 47,9 persen di Kabupaten Dati II Bima, sehingga pengembangan produksi srikaya memiliki peluang yang baik. Namun berdasarkan hasil penelitian, sistem pemasaran srikaya masih belum efisien.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial untuk perkebunan srikaya modern dengan skala 2 hektar menggunakan sistem pengairan pipa selama kisaran waktu umur ekonomis proyek yaitu 12 tahun, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 8.386.749, nilai IRR sebesar 25,5 persen, nilai Net B/C sebesar 1,3 dan payback period yaitu 5,5 tahun. Dengan demikian dari aspek finansial, usaha budidaya srikaya layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menguji perubahan pada penurunan harga jual buah srikaya sebesar 10 persen dan kenaikan biaya 10 persen. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha budidaya srikaya layak untuk diusahakan.
Dedeh Suryani A (2007) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan pengusahaan sayuran organik di Matahari Farm, Bogor. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan investasi pengusahaan sayuran organik dalam greenhouse dilihat dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan jika terjadi perubahan dalam komponen manfaat dan biaya. Dari aspek pasar, teknik, sosial dan lingkungan, proyek ini layak untuk dijalankan.
Hasil analisis finansial yang dilakukan dengan skenario 1, yaitu jika diasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri dengan umur ekonomis proyek 10 tahun, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 430.587.215,00, nilai IRR sebesar 797 persen, nilai Net B/C sebesar 1,89 dan PBP yaitu 3 tahun 6 bulan. Pada skenario 2, yang mengasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal pinjaman dari bank dengan suku bunga 14 persen, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 77.739.717,00, nilai IRR sebesar 36 persen, nilai Net B/C sebesar 1,23 dan PBP yaitu 9 tahun 5 bulan. Sedangkan pada skenario 3 dengan asumsi perbandingan 50 persen dari modal sendiri dan 50 persen modal pinjaman dari bank dengan suku bunga 12 persen, menunjukan nilai NPV sebesar Rp 241.985.717,00, nilai IRR sebesar 135 persen, nilai Net B/C sebesar 1,51 dan PBP yaitu 5 tahun 2 bulan.
Iswanti Noor Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga, baik dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis kepekaan kelayakan usaha terhadap penurunan jumlah puree mangga yang dihasilkan, penurunan tingkat harga puree mangga dan peningkatan biaya pembelian buah mangga dengan umur ekonomis proyek 10 tahun. Dari aspek pasar, teknik, manajemen dan sosial lingkungan, usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 346.825.522,00, nilai IRR sebesar 87,26 persen, nilai Net B/C sebesar 6,14 dan nilai payback period yaitu 2 tahun 1,6 bulan. Dengan demikian, dari aspek finansial, usaha pengolahan puree mangga layak untuk dijalankan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan puree mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga mengalami penurunan maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga turun 15,08644 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C maksimal sebesar 31, 896 persen.
Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu, menganalisis tentang kelayakan investasi suatu usaha dilihat dari aspek non- finansial dan finansial. Untuk menilai kelayakan finansial digunakan alat analisis kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP), serta digunakan pula analisis pengganti (Switching Value). sedangkan perbedaannya adalah analisis kelayakan usaha dilakukan pada perusahaan yang berbeda yaitu perusahaan Wahana Cory. Pada penelitian terdahulu komoditi yang diteliti adalah buah srikaya yang dibudidayakan secara an-organik di daerah Nusa Tenggara Barat yang merupakan salah satu sentra produksi srikaya, sedangkan pada penelitian ini komoditi yang diteliti adalah srikaya organik yang diusahakan pada wilayah yang tidak termasuk sentra produksi srikaya. Terdapat beberapa perbedaan pengusahaan srikaya organik dan an-organik, diantaranya teknik budidaya yang diterapkan, biaya yang digunakan, tingkat resiko yang dihadapi, perbedaan harga jual dan lain-lain, sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada srikaya organik.


11http://www.biotama.com/index.php?option=com_content&task=view&id=54&Itemid=1.22 Desember 2008.
12 www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr273054.pdf. 22 Desember 2008 13Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji. Trubus Edisi 413

Tidak ada komentar:

Posting Komentar