Srikaya merupakan tanaman pendatang
yang berasal dari Amerika Latin yaitu Peru. Di Indonesia, srikaya telah dikenal
sejak zaman penjajahan Belanda dengan nama buah nona sri. Srikaya yang tersebar
di Indonesia saat ini adalah srikaya lokal dan srikaya dari luar negeri yang
telah lama beradaptasi. Terdapat beberapa varietas srikaya yang dikenal dunia.
Varietas srikaya yang terdapat di Indonesia adalah varietas langsar, gading,
dan bangil. Sedangkan di Australia terdapat varietas pink mammoth, srikaya
merah, dan African pride13. Sedangkan di
Thailand terdapat dua varietas srikaya yaitu varietas Fai dan varietas Nahng
(Sunarjono 2005). Kandungan gizi yang terdapat pada buah srikaya dapat dilihat
pada Tabel 5. Dalam tata nama tumbuhan, srikaya diklasifikasikan ke dalam :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L
Tabel 5. Kandungan Gizi tiap 100 Gram Buah Srikaya
No
|
Zat Gizi
|
Kandungan
|
1
|
Kalori (Kal)
|
101
|
2
|
Protein (g)
|
1,7
|
3
|
Lemak (g)
|
0,6
|
4
|
Karbohidrat (g)
|
25,2
|
5
|
Kalsium (mg)
|
27
|
6
|
Fosfor (mg)
|
20
|
7
|
Besi (mg)
|
0,8
|
8
|
Vitamin A (SI)
|
-
|
9
|
Vitamin B (mg)
|
0,08
|
10
|
Vitamin C (mg)
|
22
|
11
|
Air (g)
|
71,5
|
Sumber : Tim
Penulis Penebar Swadaya (2005)
1. Sifat Botani Srikaya
Tanaman
srikaya berbentuk perdu atau pohon yang tingginya dapat mencapai 6 m dengan
umur hingga 20 tahun. Tanaman srikaya sangat tahan terhadap kekeringan. Namun
untuk perkembangan buahnya, srikaya perlu cukup air.
1) Akar
Akar
srikaya agak dalam sehingga dapat mencapai 1 – 2 m dan jumlah percabangan
akarnya tidak banyak.
2) Batang
Batang
srikaya kecil dengan jumlah percabangan sedikit sehingga tidak sesuai untuk
tanaman pelindung. Kayunya keras tetapi tidak dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, hanya untuk kayu bakar.
3) Daun
Bentuk
daun srikaya menyerupai panah. Ujung daun runcing dan warna daun hijau tua.
Umumnya letak daun agak melengkung ke bawah dan urat daun menonjol. Lebar
daunnya 3 – 5,5 cm, sedangkan panjang daunnya 2 – 3 kali lebarnya atau sekitar
7 – 17 cm, bagian bawah daunnya juga sedikit berbulu.
4) Bunga
Ukuran
bunga srikaya agak kecil dan bentuknya bulat dengan ujung runcing. Letak bunga
tunggal atau berkelompok berhadapan dengan letak daun. Daun mahkota bagian luar
panjang berjumlah tiga helai panjangnya mencapai 2,5 cm dan berwarna hijau.
Sementara warna pangkal daun mahkota berwarna ungu. Mahkota bagian dalam pendek
sekali sehingga hampir tampak tidak jelas.
Dalam
penyerbukannya, tanaman srikaya dibantu oleh kumbang Nitidulidae atau sejenis
lebah madu. Pada saat kepala (kantong) sari membuka atau pecah maka tepung sari
telempar ke luar. Hal tersebut ditandai dengan adanya bunga yang mekar.
5) Buah
Bakal
buah srikaya berbentuk bulat telur seperti ginjal. Buah tersebut terdiri dari
beberapa segmen yang bersatu yang membentuk buah semu. Permukaan kulit buah
benjol-benjol dengan warna kuning kehijauan yang bertepung putih. Jumlah
bijinya banyak sekali dan biji tersebut berwarna hitam kecoklatan. Adapun
ciri-ciri buah matang diantaranya benjolan merenggang, bedak tampak tebal,
warna agak kekuningan, dan aroma harum muncul. Bila terlambat dipanen dan
kondisi tanah basah, buah sering retak, dan busuk.
Buah
yang dihasilkan dari setiap varietas tanaman srikaya memiliki perbedaan. Buah
srikaya lokal memiliki berat buah rata-rata 150 g per buah, daging buah putih,
rasa buah manis dengan kristal seperti pasir, bijinya besar, dan penuh.
Sedangkan bentuk buah srikaya merah dari Australia sama dengan srikaya lokal,
warna kulit buah merah dengan berat rata-rata 100 g per buah, dan daging buah
berwarna putih, rasanya halus dan kenyal, bijinya kering dan gepeng. Sedangkan
srikaya pink mammoth memiliki bentuk yang tidak teratur, kulit buah tebal, dan
tidak mudah pecah, tekstur daging lembut, beraroma kuat dan bijinya sedikit
dengan berat rata-rata 0,5 – 2 kg per buah (Radi 1997).
2. Agroekologi Tanaman
Srikaya
Penyebaran
tanaman srikaya sangat erat hubungannya dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan
tumbuh bukan sekedar tumbuh membesar dengan daun rimbun, tetapi tanaman harus
mampu berbuah lebat. Tanaman srikaya untuk dapat tumbuh normal menghendaki
persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis tanah, ketinggian tempat dan
iklim setempat.
Srikaya
dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah yang paling baik
adalah tanah yang mengandung pasir dan kapur. Srikaya dapat tumbuh baik pada
derajat keasaman tanah (pH) antara 6 – 6,5 dengan ketinggian tempat antara 100
– 1.000 m dpl (di atas permukaan laut). Pada ketinggian di atas 1.000 m dpl
atau dataran tinggi dan pegunungan, tanaman srikaya tumbuh lambat dan enggan
berbuah.
Iklim
yang dibutuhkan tanaman srikaya harus sesuai. Komponen iklim meliputi curah
hujan, suhu udara dan angin. Suhu udara yang sesuai dengan tanaman srikaya
antara 20 – 25 ° C dan curah hujan yang dibutuhkan tanaman srikaya antara 1.500
– 3.000 mm/tahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun. Walaupun
tanaman srikaya tahan terhadap kekeringan, tetapi untuk pertumbuhan bunga
sampai buah matang perlu kelembaban yang cukup di sekitar sistem perakarannya.
Tanaman srikaya menyukai tempat yang ada naungan agak teduh karena tanaman
srikaya tidak menyukai daerah yang terbuka dan banyak angin kencang. Adanya
angin kencang dapat dihambat dengan penanaman mahagoni, cemara atau bambu di
sekeliling kebun.
3. Perbanyakan Tanaman
Srikaya
Perbanyakan
tanaman dilakukan dengan upaya pembibitan. Ada dua cara pembibitan srikaya yang
dapat dilakukan, yaitu dengan biji atau perbanyakan generatif dan perbanyakan
vegetatif. Pemilihan pohon induk pembibitan berdasarkan pada tanaman srikaya
varietas unggul yang produksinya tinggi, mutu buah tinggi , tahan terhadap
serangan hama dan penyakit serta merupakan varietas srikaya yang digemari
konsumen.
Biji
buah yang dihasilkan dari srikaya varietas unggul dapat dijadikan sumber bibit.
Bila telah tumbuh, cabangnya akan dijadikan sumber entris untuk digunakan
sebagai mata tempel. Perbanyakan tersebut dilakukan secara klonal (induk
tanaman tunggal). Pada umumnya tanaman buah-buahan khususnya srikaya merupakan
tanaman heterozigot atau bersifat hibrida. Bila diperbanyak dengan biji,
kemungkinan tanaman akan menampakan banyak sifat. Oleh karena itu biji srikaya
tidak dianjurkan untuk perbanyakan langsung.
Kini
perbanyakan tanaman srikaya dianjurkan secara vegetatif, seperti okulasi,
sambungan, dan cangkok. Biji hanya di tanam sebagai pembentuk populasi dalam
perbaikan varietas dan sebagai batang pokok dalam perbanyakan vegetatif.
4. Budidaya Tanaman
1) Pemilihan Bibit
Bibit
dapat diperoleh dengan cara membeli atau dihasilkan sendiri. Bibit yang dibeli
harus unggul dan bersertifikat atau berlabel agar dapat dijamin keunggulannya.
2) Persiapan Lahan Budidaya
Lahan
yang sesuai untuk melakukan usaha budidaya srikaya adalah tanah yang mengandung
pasir. Dilakukan pengolahan tanah pada lahan yang akan ditanami srikaya.
Setelah diolah, lahan dibuat lubang tanam 50 cm x 50 cm x 50 cm dengan jarak
tanam 3 m x 5 m atau 4 m x 4 m sehingga populasinya sekitar 620 – 660
tanaman/ha.
3) Penanaman
Setelah
lubang tanam, pupuk organik dan bibit telah tersedia maka penanaman bibit dapat
segera dilakukan. Bibit srikaya dengan tinggi 70 – 100 cm dimasukkan ke dalam
lubang tegak lurus dengan batas sambungan sekitar 10 cm di atas permukaan tanah
atau 10 cm masuk dalam lubang. Selanjutnya lubang ditimbun dengan tanah lapisan
atas sambil ditekan agar tidak ada rongga-rongga di sekitar akar.
4) Pemeliharaan
Pemeliharann
tanaman bertujuan agar tanaman menjadi sehat, tumbuh kekar hingga dapat berbuah
lebat. Kegiatan pemeliharaan tersebut meliputi pemupukan, pemangkasan,
penyiraman, penyerbukan bunga, dan penjarangan buah. Pada budidaya srikaya
organik, pupuk yang digunakan berupa pupuk organik, yaitu pupuk kandang atau
kompos. Banyaknya pupuk kandang yang digunakan yaitu 10 – 20 kg per lubang
tanam. Pemberian pupuk kandang sebanyak 10 – 20 kg/tanaman dilakukan 1 tahun
sekali.
Pemangkasan
cabang dilakukan pada waktu tanaman mencapai tinggi 1,5 m. Sebaiknya, setelah
pemangkasan berat atau pemangkasan untuk mempermuda tanaman, tanaman diberi
pupuk kandang lagi sebanyak 10 kg per pohon agar berbuah lebat. Dalam
pemangkasan cabang pada tanaman srikaya ada dua tujuan. Pertama, pemangkasan
mempermudakan tanaman kembali setelah berbuah lebat. Caranya semua cabang yang
lemah akibat kandungan buahnya lebat dipotong atau dipangkas agar bertunas yang
sehat dan kekar. Kedua, pemangkasan bertujuan agar tanaman cepat berbunga
dengan cara ujung cabang dipotong yang diikuti dengan perontokan daunnya.
Tanaman srikaya dapat tahan terhadap kekeringan, namun selama pembungaan sampai
buah mendekati tua membutuhkan air secara teratur dan tetap sebanyak 2 – 3
liter per pohon.
Penyerbukan
pada tanaman srikaya secara alamiah kurang sempurna. Penyebabnya, sifat bunga
yang proterogyme, yakni masaknya putik lebih dulu dari tepung sarinya.
Akibatnya pertumbuhan buah tidak sempurna. Agar buah lebat dan normal,
diperlukan penyerbukan buatan. Penjarangan buah pada tanaman srikaya dilakukan
pada tanaman yang penyerbukannya dilakukan secara buatan, karena biasanya buah
yang terbentuk dari penyerbukan buatan banyak dan ada yang berdesakan atau
rapat. Buah yang berdesakan akan tumbuh tidak normal. Oleh karena itu buah
harus dijarangkan agar buah berukuran besar dan bermutu tinggi.
5) Panen dan Hasil
Tanaman
srikaya dapat menghasilkan buah pada umur 4 – 5 tahun. Panen pada srikaya harus
dilakukan pada saat yang tepat, sesuai dengan tujuan pemasaran dan
penggunaannya. Untuk pemasaran jarak jauh, sebaiknya buah dipanen sebelum
matang. Tujuannya agar buah tidak rusak selama pengangkutan atau pengiriman.
Biasanya srikaya dipanen pada kematangan mencapai 80 persen. Ciri buah srikaya
yang siap panen adalah benjolan buah renggang, lapisan bedak tebal, dan tercium
aromanya. Panen raya buah srikaya terjadi pada bulan Agustus-September.
Produksi tanaman srikaya yang baik dapat mencapai 10 – 20 ton/ha/tahun dengan
berat sekitar 100 – 300 gram per buah.
Penanganan
hasil panen buah srikaya dilakukan untuk mempertahankan kualitas buah agar
memiliki nilai jual yang tinggi. Pascapanen buah srikaya meliputi kegiatan
pembersihan buah, pemeraman, pemilihan buah serta pengemasan. Hasil panen
dikumpulkan pada tempat yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Hal ini bertujuan menghindarkan kelayuan pada buah akibat laju respirasi yang
tinggi dan memudahkan penanganan selanjutnya. Buah dibersihkan dari segala
kotoran terutama hama kutu putih yang menempel diantara sisik buah. Pembersihan
dilakukan menggunakan kuas kering dan bersih, serta diusahakan tidak terkena
air yang dapat menyebabkan busuk buah.
5. Hama dan Penyakit
Srikaya
seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan hama dan penyakit.
Hama srikaya yang menyerang srikaya yaitu : (1) Hama penggerek buah (Annonaepestis
bengalella) dan lalat buah (Batocera dorsalis atau Dacus dorsalis).
Larva lalat ini setelah menetas langsung masuk ke dalam buah srikaya yang masih
kecil dan dapat merusak daging buah, (2) Kutu dompol atau kutu putih (Planococcus lepelleyi). Kutu dopol
sering menyerang bunga dan buah yang masih kecil, dan (3) Hama kutu putih yaitu
kutu lilin. Kutu ini tidak membahayakan tanaman, tetapi dapat membuat
penampilan buah menjadi tidak menarik. Kutu ini sering hinggap pada daun bawah
serta mengisap cairan bunga dan daun muda. Selain itu, kutu putih yang
berkerumun pada bunga dapat menyebabkan bunga berguguran karena cairan
dihisapnya.
Penyakit
yang biasanya menyerang tanaman srikaya terutama pada kondisi lingkungan yang
lembab, yaitu: (1) Penyakit buah busuk, yang disebabkan oleh cendawan Phomopis
sp. dan antraknosa (Colletotrichum sp), (2) Penyakit cendawan upas,
yang menyerang batang dan dahan bila suhu malam terlalu dingin dan lembab, (3)
Penyakit busuk leher batang, yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia
solani, (4) Penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) yang
menyerang akar dan leher batang srikaya.
6. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian
hama terpadu (HPT) merupakan cara pengelolaan pertanian dengan setiap keputusan
dan tindakan yang diambil selalu meminimalisasi organism pengganggu tanaman
(OPT), sekaligus mengurangi biaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman
dan lingkungan. Sistem PHT memanfaatkan teknik dan metode yang cocok, guna
mempertahankan populasi hama berada dalam suatu tingkat di bawah tingkat yang
merugikan secara ekonomis. Beberapa langkah atau teknik untuk tindakan
perlindungan tanaman dari serangan OPT dengan sistem PHT agar pengembangan
agribisnis dengan usahatani non kimia sintetik bisa dilaksanakan, antara lain
diarahkan pada teknik-teknik budidaya, serta mekanik/fisik, cara biologis, cara
kimiawi dari penggunaan tumbuhan/nabati sehingga dapat menekan populasi hama
sampai batas ambang ekonomi. Dengan demikian pengendalian hama bebas racun
pestisida merupakan alternatif yang perlu disebarluaskan.
Pengendalian
hama terpadu mengandung pengertian dan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut
(Kusnaedi 1999, diacu dalam Iryanti 2005) :
1) Pengendalian
hama bukan berupaya untuk membunuh habis populasi hama melainkan mengendalikan
hingga populasi di bawah ambang ekonomi.
2) Tujuan utama
dari pengendalian hama adalah mencapai kualitas dan kuantitas produksi tanpa
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
3) Penggunaan
teknik-teknik pengendalian hama dengan memadukan semua teknik pengendalian
sebagai berikut :
a) Menggunakan
varietas yang tahan atau toleran terhadap hama penyakit
b) Sistem
budidaya yang memperhatikan siklus hama, seperti rotasi tanaman, tumpangsari,
waktu tanam dan penggunaan mulsa.
c) Pengendalian
cara biologis dengan menyebarkan atau memperhatikan kehidupan musuh alami dari
hama.
d) Pengendalian
cara mekanik atau fisik merupakan pengendalian hama dengan cara ditangkap,
dibunuh, dijerat dan pemberian umpan beracun.
e) Pengendalian
pestisida sebagai alternatif terakhir dan penggunaannya harus berdaya bunuh
selektif dan dikategorikan aman bagi lingkungan.
7. Penelitian Terdahulu
Siti
Nur Laila R (1999) melakukan penelitian mengenai analisis pemasaran buah srikaya
segar dan kelayakan finansial perkebunan srikaya tumpang sari dengan kedelai di
Kabupaten Dati II Bima, Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk menganalisis peluang buah srikaya untuk memenuhi konsumsi buah
bagi masyarakat di lokasi penelitian, menganalisis saluran pemasaran dan marjin
pemasaran di lokasi penelitian, dan menganalisis kelayakan finansial dari
perkebunan srikaya. Dari hasil penelitian diketahui tiap tahun akan terjadi
kenaikan konsumsi buah srikaya per kapita sebesar 47,9 persen di Kabupaten Dati
II Bima, sehingga pengembangan produksi srikaya memiliki peluang yang baik.
Namun berdasarkan hasil penelitian, sistem pemasaran srikaya masih belum
efisien.
Berdasarkan
hasil analisis kelayakan finansial untuk perkebunan srikaya modern dengan skala
2 hektar menggunakan sistem pengairan pipa selama kisaran waktu umur ekonomis
proyek yaitu 12 tahun, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 8.386.749, nilai IRR
sebesar 25,5 persen, nilai Net B/C sebesar 1,3 dan payback period yaitu
5,5 tahun. Dengan demikian dari aspek finansial, usaha budidaya srikaya layak
untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menguji perubahan pada
penurunan harga jual buah srikaya sebesar 10 persen dan kenaikan biaya 10
persen. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha budidaya srikaya
layak untuk diusahakan.
Dedeh
Suryani A (2007) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan pengusahaan
sayuran organik di Matahari Farm, Bogor. Tujuan dari penelitian tersebut adalah
untuk menganalisis kelayakan investasi pengusahaan sayuran organik dalam greenhouse
dilihat dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis tingkat
kepekaan kondisi kelayakan jika terjadi perubahan dalam komponen manfaat dan
biaya. Dari aspek pasar, teknik, sosial dan lingkungan, proyek ini layak untuk
dijalankan.
Hasil
analisis finansial yang dilakukan dengan skenario 1, yaitu jika diasumsikan
seluruh modal yang digunakan adalah modal sendiri dengan umur ekonomis proyek
10 tahun, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 430.587.215,00, nilai IRR sebesar
797 persen, nilai Net B/C sebesar 1,89 dan PBP yaitu 3 tahun 6 bulan. Pada
skenario 2, yang mengasumsikan seluruh modal yang digunakan adalah modal
pinjaman dari bank dengan suku bunga 14 persen, menunjukkan nilai NPV sebesar
Rp 77.739.717,00, nilai IRR sebesar 36 persen, nilai Net B/C sebesar 1,23 dan
PBP yaitu 9 tahun 5 bulan. Sedangkan pada skenario 3 dengan asumsi perbandingan
50 persen dari modal sendiri dan 50 persen modal pinjaman dari bank dengan suku
bunga 12 persen, menunjukan nilai NPV sebesar Rp 241.985.717,00, nilai IRR
sebesar 135 persen, nilai Net B/C sebesar 1,51 dan PBP yaitu 5 tahun 2 bulan.
Iswanti
Noor Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha
pengolahan puree mangga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan
penelitian tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan puree
mangga, baik dari aspek non-finansial dan finansial, serta menganalisis
kepekaan kelayakan usaha terhadap penurunan jumlah puree mangga yang
dihasilkan, penurunan tingkat harga puree mangga dan peningkatan biaya
pembelian buah mangga dengan umur ekonomis proyek 10 tahun. Dari aspek pasar,
teknik, manajemen dan sosial lingkungan, usaha ini layak untuk dijalankan.
Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 346.825.522,00, nilai
IRR sebesar 87,26 persen, nilai Net B/C sebesar 6,14 dan nilai payback period yaitu 2 tahun 1,6 bulan. Dengan demikian, dari aspek
finansial, usaha pengolahan puree mangga layak untuk dijalankan. Hasil
analisis switching value menunjukkan bahwa unit usaha pengolahan puree
mangga masih layak untuk dilaksanakan jika volume produksi puree mangga
mengalami penurunan maksimal sebesar 15,08664 persen, harga jual puree mangga
turun 15,08644 persen, serta kenaikan harga mangga Harumanis grade C
maksimal sebesar 31, 896 persen.
Dari
hasil penelitian-penelitian terdahulu, dapat dilihat persamaan dan perbedaan
penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Persamaannya yaitu, menganalisis
tentang kelayakan investasi suatu usaha dilihat dari aspek non- finansial dan
finansial. Untuk menilai kelayakan finansial digunakan alat analisis kriteria
kelayakan investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback
Period (PBP), serta digunakan pula analisis pengganti (Switching Value).
sedangkan perbedaannya adalah analisis kelayakan usaha dilakukan pada
perusahaan yang berbeda yaitu perusahaan Wahana Cory. Pada penelitian terdahulu
komoditi yang diteliti adalah buah srikaya yang dibudidayakan secara an-organik
di daerah Nusa Tenggara Barat yang merupakan salah satu sentra produksi
srikaya, sedangkan pada penelitian ini komoditi yang diteliti adalah srikaya
organik yang diusahakan pada wilayah yang tidak termasuk sentra produksi
srikaya. Terdapat beberapa perbedaan pengusahaan srikaya organik dan
an-organik, diantaranya teknik budidaya yang diterapkan, biaya yang digunakan,
tingkat resiko yang dihadapi, perbedaan harga jual dan lain-lain, sehingga
perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada srikaya organik.
11http://www.biotama.com/index.php?option=com_content&task=view&id=54&Itemid=1.22
Desember 2008.
12 www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr273054.pdf.
22 Desember 2008 13Sardi D. April 2004. Di Ujung Lidah Langsar Teruji.
Trubus Edisi 413
Tidak ada komentar:
Posting Komentar