Jahe
 merah (Zingiber officinale Rosc.) adalah salah satu jenis tanaman jahe 
yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai bahan obat. Jahe merah ini 
berbeda dari jahe biasa yang banyak digunakan sebagai rempah-rempah 
maupun jahe gajah atau jahe emprit karena kandungan minyak atsiri dan 
oleoresin pada jahe merah lebih tinggi dibandingkan dengan kandungannya 
pada jahe jenis lainnya. Jahe merah berkhasiat untuk menyembuhkan sakit 
kepala (pusing), sinusitis, bronkitis, rematik, asam urat, batu ginjal 
dan lain-lain. Selain minyak atsiri dan oleoresin, jahe merah juga 
mengandung gingerol dan shogaol. 
Budidaya jahe merah biasa dilakukan dengan menanam rimpangnya, namun karena rizom dipanen dan dikonsumsi yang menyebabkan selalu harus disediakan bibit dalam jumlah banyak, penyediaan bibit dengan cara lain seperti tersedianya planlet hasil kultur jaringan sangat diperlukan. Bibit hasil kultur jaringan telah terbukti mempunyai beberapa keunggulan seperti kontinyuitas ketersediaan bibit yang dapat dijamin, bibit terstandardisasi, dapat diproduksi dalam jumlah banyak, tidak tergantung musim dan bebas hari hama dan penyakit. Selain itu, teknik kutltur jaringan dipilih selain untuk perbanyakan bibit juga untuk tujuan konservasi secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbanyakan in vitro jahe merah dengan teknik kultur tunas pada media sederhana.
Media yang dipergunakan merupakan media sederhana yaitu media MS cair tanpa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan pengurangan konsentrasi gula. Sebagai kontrol tunas ditumbuhkan pada media MS cair yang dipadatkan dengan 20 g/l sukrosa dengan penambahan zat pengatur tumbuh 1 mg/l BAP. Penyederhanaan media dilakukan pada media cair yang mengandung gula (sebagai pengganti sukrosa) dengan konsentrasi 0, 5, 10 dan 20 g/l. Tabung kultur yang dipergunakan adalah botol kaca dibandingkan dengan tabung magenta yang diberi atau tanpa ventilasi untuk meningkatkan pertukaran udara masuk dan keluar tabung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sukrosa dapat digantikan dengan gula biasa dan konsentrasi 20 g/l dapat dikurangi menjadi 10 g/l tanpa menurunkan kualitas pertumbuhan tunas jahe, penurunan gula menjadi 5 g/l perlu dievaluasi agar tidak menurunkan pertumbuhan yang nyata. Namun, gula tidak dapat dihilangkan sama sekali walau tabung menggunakan ventilasi untuk meningkatkan jumlah CO2 yang masuk ke dalam tabung (melalui ventilasi berupa filter berukuran 0,22 ยต). Penggunaan tabung magenta maupun tabung kaca tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan jahe merah, dengan demikian dipilih tabung kaca karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tabung magenta. Tutup alumunium foil dapat digantikan dengan tutup plastik bening. Pada konsentrasi gula rendah (10 g/l) tunas tunggal dapat menghasilkan 2-6 tunas majemuk dalam waktu 4-5 minggu setelah tanam dan tanaman dapat membentuk akar dengan baik. Dengan demikian penyederhanaan media tanpa agar, menggunakan gula biasa (menggantikan sukrosa) dengan konsentrasi rendah (10 g/l) dan tanpa penambahan zat pengatur tumbuh (BAP) dapat dipergunakan untuk perbanyakan jahe merah secara in vitro. Aklimatisasi sedang dilakukan dan daya tumbuh di lapangan sedang diamati.
Sumber : http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/research-a-development/137-research-2009/706-penyederhanaan-media-kultur-untuk-perbanyakan-bibit-jahe-merah-zingiber-officinale-rosc-secara-in-vitro--dikti-2009
4F" type="text/javascript">
Budidaya jahe merah biasa dilakukan dengan menanam rimpangnya, namun karena rizom dipanen dan dikonsumsi yang menyebabkan selalu harus disediakan bibit dalam jumlah banyak, penyediaan bibit dengan cara lain seperti tersedianya planlet hasil kultur jaringan sangat diperlukan. Bibit hasil kultur jaringan telah terbukti mempunyai beberapa keunggulan seperti kontinyuitas ketersediaan bibit yang dapat dijamin, bibit terstandardisasi, dapat diproduksi dalam jumlah banyak, tidak tergantung musim dan bebas hari hama dan penyakit. Selain itu, teknik kutltur jaringan dipilih selain untuk perbanyakan bibit juga untuk tujuan konservasi secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbanyakan in vitro jahe merah dengan teknik kultur tunas pada media sederhana.
Media yang dipergunakan merupakan media sederhana yaitu media MS cair tanpa penggunaan zat pengatur tumbuh dengan pengurangan konsentrasi gula. Sebagai kontrol tunas ditumbuhkan pada media MS cair yang dipadatkan dengan 20 g/l sukrosa dengan penambahan zat pengatur tumbuh 1 mg/l BAP. Penyederhanaan media dilakukan pada media cair yang mengandung gula (sebagai pengganti sukrosa) dengan konsentrasi 0, 5, 10 dan 20 g/l. Tabung kultur yang dipergunakan adalah botol kaca dibandingkan dengan tabung magenta yang diberi atau tanpa ventilasi untuk meningkatkan pertukaran udara masuk dan keluar tabung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sukrosa dapat digantikan dengan gula biasa dan konsentrasi 20 g/l dapat dikurangi menjadi 10 g/l tanpa menurunkan kualitas pertumbuhan tunas jahe, penurunan gula menjadi 5 g/l perlu dievaluasi agar tidak menurunkan pertumbuhan yang nyata. Namun, gula tidak dapat dihilangkan sama sekali walau tabung menggunakan ventilasi untuk meningkatkan jumlah CO2 yang masuk ke dalam tabung (melalui ventilasi berupa filter berukuran 0,22 ยต). Penggunaan tabung magenta maupun tabung kaca tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan jahe merah, dengan demikian dipilih tabung kaca karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan tabung magenta. Tutup alumunium foil dapat digantikan dengan tutup plastik bening. Pada konsentrasi gula rendah (10 g/l) tunas tunggal dapat menghasilkan 2-6 tunas majemuk dalam waktu 4-5 minggu setelah tanam dan tanaman dapat membentuk akar dengan baik. Dengan demikian penyederhanaan media tanpa agar, menggunakan gula biasa (menggantikan sukrosa) dengan konsentrasi rendah (10 g/l) dan tanpa penambahan zat pengatur tumbuh (BAP) dapat dipergunakan untuk perbanyakan jahe merah secara in vitro. Aklimatisasi sedang dilakukan dan daya tumbuh di lapangan sedang diamati.
Sumber : http://www.biotek.lipi.go.id/index.php/research-a-development/137-research-2009/706-penyederhanaan-media-kultur-untuk-perbanyakan-bibit-jahe-merah-zingiber-officinale-rosc-secara-in-vitro--dikti-2009
4F" type="text/javascript">





 

 Tips sukses budidaya jahe merah – Terdapat di 
seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini 
jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, 
Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. 
Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India 
merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari 
total produksi jahe dunia.
Tips sukses budidaya jahe merah – Terdapat di 
seluruh Indonesia, ditanam di kebun dan di pekarangan. Pada saat ini 
jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir, 
Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. 
Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India 
merupakan negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari 
total produksi jahe dunia. – Jahe (Zingiber 
officinale) merupakan batang semu yang telah banyak di kembangkan oleh 
petani karena mempunyai manfaat dan potensi permintaan pasar yang baik.
– Jahe (Zingiber 
officinale) merupakan batang semu yang telah banyak di kembangkan oleh 
petani karena mempunyai manfaat dan potensi permintaan pasar yang baik.



