Rabu, 17 April 2013

IPB Resmi Meluncurkan Varietas Padi Unggul

PDF Cetak email
Ditulis oleh Admin   
Kamis, 06 September 2012 03:46
Upaya Institut Pertanian Bogor (IPB) membantu pemerintah mencegah krisis pangan secara resmi dimulai. Tepatnya setelah mereka meluncurkan lima varietas padi unggul kemarin (5/9). Padi varietas unggul ini cocok untuk ditanam di lahan rawa dan persawahan biasa.
Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB Prof Dr Iskandar Z. Siregar menuturkan, varietas padi untuk lahan rawa adalah, IPB Batola 5R, IPB Batola 6R, dan IPB Kapuas 7R. Selanjutnya varietas padi untuk lahan sawah adalah IPB 3S dan IPB 4S. "Varietas yang diluncurkan ini dikembangkan oleh Dr Hajrial Aswidinnor dan kawan-kawan," katanya saat dihubungi dari Jakarta. Peluncuran ini sendiri digelar di kampus IPB Baranangsiang, Bogor.
Iskandar menuturkan, setiap varietas padi unggul itu memiliki ciri khas serta keunggulan masing-masing. Dia mencontohkan untuk padi varietas IPB 3S, memiliki umur tanaman sekitar 112 hari. Rata-rata hasil panen padi varietas ini bisa mencapai 7 ton/hektar (Ha), serta potensi panen mencapai 11,2 ton/Ha.
Padi varietas IPB 3S ini juga memiliki keunggulan lain yaitu tahan terhadap hama penyakit Tungro. Padi ini juga agak tahan terhadap serangan hawar daun bakteri patotipe III. "Padi ini cocok ditanam di lahan irigasi dan tadah hujan," katanya.
Selanjutnya, untuk varietas padi lahan rawa yang paling menyedot perhatian adalah IPB Kapuas 7R. Padi varietas ini memiliki umur tanaman sekitar 112 hari. Dengan bentuk gabah ramping, padi ini memiliki potensi panen sebesar 5,1 ton/Ha. Padi ini juga tahan terhadap penyakit blas (bercak) ras 073 dan hawar daun bakteri patotipe III.
Menurut Iskandar, padi di lahan rawa maupun sawah memiliki peminat sendiri-sendiri. Dia menuturkan, secara umum padi rawa memiliki keunggulan gabah yang ramping dan panjang. "Gabah dengan bentuk ini disukai masyarakat Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah," ucap dia.
Sementara untuk padi lahan sawah, merupakan padi dengan tipe baru dan memiliki malai yang lebat. Selain itu, pada sawah karya IPB ini juga tahan terhadap penyakit Tungro.
Iskandar menjelaskan, waktu yang dibutuhkan tim IPB untuk riset varietas unggul ini mencapai delapan tahun. Dia mengatakan riset untuk varietas padi ini dimulai sejak 2001 lalu. Selama kurun waktu itu, tim melakukan tahapan penyilangan tetua hingga pelepasan varietas. "Sedangkan untuk biaya yang dihabiskan rata-rata Rp 1 miliar per varietas," kata dia.
Iskandar menegaskan jika IPB pada prinsipnya ingin turut menyumbang dan mendukung program ketahanan pangan nasional. Program penciptaan padi varietas unggul berikutnya adalah menciptakan padi yang memiliki anakan sedikit, tetapi dengan jumlah malai yang lebat yaitu di atas 200 butir per malai.
Untuk produksi massal, Iskandar mengatakan sudah menjadi program IPB. Tetapi untuk saat ini, padi varietas unggul itu masih diproduksi terbatas melalui unit usaha Darmaga Seed di Departemen Agronomi dan Holtikultura (AGH) Fakultas Pertanian IPB.
Iskandar mengatakan, strategi pemasaran yang masih terbatas ini dilakukan melalui kerjasama dengan jaringan kelompok tani. "IPB sifatnya hanya sebagai penyedia keahlian (expertise) melalui pemulia dan penyedia indukan," tuturnya.
Untuk urusan komersialisasi, Iskandar mengatakan IPB idealnya hanya bergerak pada urusan penyedia breeder seed (benih penjenis) dan foundation seed (benih dasar) saja. Sedangkan untuk tahap perbanyakan, dilakukan oleh pihak ketiga. Misalnya kelompok tani atau perusahaan-perusahaan swasta maupun BUMN. Saat ini, tutur Iskandar, sudah ada perusahaan India yang bekerjasama memperbanyak benih padi varietas unggul.
Selain mengembangkan padi vareitas unggul, saat ini IPB juga sedang mengembangkan cabai, kedelai hitam, kedelai tahan asam, padi gogo, dan padi tahan asam. Sementara sejak 2010 hingga 2012, IPB sudah meluncurkan 24 varietas tanaman unggulan. Yaitu padi tujuh varietas, papaya (5), melon (5), cabai (3), dan kentang, alpukat, nanas serta pisang masing-masing satu vareitas.

Lima Varietas Padi Unggul Baru :

1. IPB Batola 5R (Jenis Padi Rawa)
- Umur tanaman: + 116 hari
- Bentuk gabah: ramping
- Jumlah gabah per malai: + 183 butir
- Rata-rata hasil panen: 4,3 ton/Ha
- Potensi hasil panen: 5,3 ton/Ha
- Berat 1.000 butir: + 23,9 gram
- Tekstur nasi: pulen
- Keunggulan: agak tahan terhadap wereng batang coklat, tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III, agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII, baik ditanam di lahan rawa

2. IPB Batola 6R (Jenis Padi Rawa)
- Umur tanaman: + 117 hari
- Bentuk gabah: ramping
- Jumlah gabah per malai: + 186 butir
- Rata-rata hasil panen: 4,2 ton/Ha
- Potensi hasil panen: 4,9 ton/Ha
- Berat 1.000 butir: + 25,1 gram
- Tekstur nasi: Pulen
- Keunggulan: agak tahan terhadap penyakit blas (ras 033 dan ras 133), tahan terhadap hawar daun bakteri III, baik ditanam di lahan rawa

3. IPB Kapuas 7R (Jenis Padi Rawa)
- Umur tanaman: + 112 hari
- Bentuk gabah: ramping
- Jumlah gabah per malai: + 211 butir
- Rata-rata hasil panen: 4,5 ton/Ha
- Potensi hasil panen: 5,1 ton/Ha
- Berat 1.000 butir: + 24 gram
- Tekstur nasi: pulen
- Keunggulan: agak peka terhadap wereng batang coklat biotipe 1, peka terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan biotipe 3, tahan terhadap penyakit blas (ras 033), Agak tahan terhadap penyakit blas (ras 073) dan hawar daun bakteri patotipe III, baik ditanam di lahan rawa

4. IPB 3S (Jenis Padi Sawah)
- Umur tanaman: + 112 hari
- Bentuk gabah: medium (agak gendut)
- Jumlah gabah per malai: 223 butir
- Rata-rata hasil panen: 7 ton/Ha
- Potensi hasil panen: 11,2 ton/Ha
- Berat 1.000 butir: + 28,2 gram
- Tekstur nasi: pulen
- Keunggulan:  tahan terhadap Tungro, baik ditanam di lahan irigasi atau tadah hujan (0-600 mdpl)

5. IPB 4S (Jenis Padi Sawah)
- Umur tanaman: + 112 hari
- Bentuk gabah: medium (agak gemuk)
- Jumlah gabah per malai: 218 butir
- Rata-rata hasil panen: 7 ton/Ha
- Potensi hasil panen: 10,5 ton/Ha
- Berat 1.000 butir: + 27,6 gram
- Tekstur nasi: pulen
- Keunggulan: tahan terhadap Tungro, agak tahan terhadap hawar daun (bakteri patotipe III), dan baik ditanam di lahan irigasi atau tadah hujan (0-600 mdpl).

Sumber: Institut Pertanian Bogor
Terakhir Diperbaharui pada Kamis, 06 September 2012 04:19
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar