Rabu, 24 April 2013

Induksi Pembungaan, Strategi Panen Jeruk di Luar Musim

Induksi (merangsang) pembungaan pada beberapa tanaman tahunan dapat dilakukan dengan cara kimia dan mekanis.  Prinsip cara kimia adalah merubah fisiologis tanaman dengan menghambat fase pertumbuhan vegetatif melalui peran hormon atau senyawa kimia tertentu, agar muncul fase generatif, bunga dan buah. Zat pengetur tumbuh (ZPT) yang sering digunakan untuk induksi adalah NAA, Auxin, Gibberelin, Paklobutrazol dan Potasium Klorat (KClO3). Hasil cara kimia lebih pasti, tetapi tidak diajurkan pada tanaman jeruk karena efek sampingnya tidak baik terhadap kondisi tanaman dan kesehatan manusia.  Induksi pembungan secara kimia sering mengakibakan tanaman semakin hari semakin merana, daunnya banyak yang dan rontok, dahan ranting mengkerut dan mudah patah dan bahkan tanaman mati. Induksi pembungaan secara mekanis dapat dilakukan dengan beberapa cara :
  1. Pengeratan batang/cabang : mengerat pembuluh floem (kulit pohon) melingkar sepanjang ling­karan pohon sampai kelihatan pembuluh xylem(kayu pohon).
  2. Pemangkasan cabang (pruning) : memangkas cabang dan ranting, hingga pohon tidak terlalu lebat.
  3. Pelukaan : melukai pembuluh floem dengan benda tajam. Bentuknya bisa dengan mengerok, mencacah, mema­ku atau mengiris kulit kayu.
  4. Pengikatan : mengikat erat pohon de­ngan kawat hingga transpor hasil fotosintesa pembuluh floem terhambat.
  5. Pengeringan (Stressing air) : Mengeringkan lahan hingga waktu tertentu, kemudian dilakukan pengairan hingga jenuh.
Bagi tanaman jeruk yang mempunyai perakaran efektif relatif dangkal, kombinasi cara pengeringan, pemangkasan dan pemupukan merupakan cara induksi pembungaan yang teruji paling tepat.  Induksi pembungaan yang mengakibatkan pelukaan kulit tidak dianjurkan karena batang tanaman jeruk peka terhadap penyakitDiplodia dan hasilnya tidak memberi kepastian. Prinsip induksi pembungan secara mekanis adalah merubah perbandingan unsur carbon (C) dan nitrogen (N) dalam tubuh tanaman karena faktor tanaman yang banyak mempengaruhi induksi pembungaan adalah kandungan nitrogen, karbohidrat, dan nisbah C/N yang terdapat dalam tanaman.
Faktor lingkungan antara lain kegiatan pemupukan dan unsur iklim seperti suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, kekeringan, panjang hari, dan intensitas radiasi mempengaruhi induksi pembungaan melalui perannya dalam proses fisiologis tanaman.
Penerapan Tehnik Induksi Pembungaan
  • Lakukan pemupukan saat 4 bulan sebelum panen dan pertahankan agar tanah tetap lembab.
  • Kurangi pengairan saat sekitar 1 – 2 bulan sebelum panen. Pengurangan kelembaban tanah akan menghambat pertunbuhan vegetatif tanaman yang berarti hasil fotosintesis lebih banyak digunakan tanaman untuk memulai pembentukan organ generatifnya.
  • Setelah panen lakukan pengeringan dan jaga  agar tidak ada air yang masuk kebun.  Stressing air tidak langsung menyebabkan tanaman berbunga, tetapi menyebabkan terjadinya induksi bunga atau terjadinya transisi dari fase vegetatif menuju fase generatif. Induksi bunga terjadi karena adanya perubahan perimbangan produksi hormone giberelin, sitokinin dan ABA serta meningkatnya rasio karbon dan nitrogen pada pucuk tanaman. Produksi hormon giberelin dan sitokinin pada saat stress air menurun sebaliknya kandungan ABA meningkat yang merupakan salah satu ciri awal tanaman mulai berbunga. Jika masa pengeringan terlalu pendek bunga yang dihasilkan hanya sedikit, sebaliknya jika terlalu panjang bunga yang muncul berlebihan tetapi banyak yang gagal.
  • Lakukan pemangkasan.  Bagian yang harus dipangkas adalah sisa tangkai pendukung buah, tunas liar, ranting tidak sehat, dan ranting yang rimbun.
  • Lakukan pengolahan tanah, pembersihan gulma, pemberian pupuk kandang, dan buat saluran draenase yang dalam pada lahan sawah untuk mempercepat pengeringan lahan.
  • Keringkan lahan selama 2 sampai 3 bulan sebelum waktu pembungaan yang dikehendaki. Selesai masa stressing air (sekitar 2 – 3 bulan dari panen), segera  lakukan pemupukan (dosis anjuran) diikuti oleh irigasi yang cukup agar bunga berdiferensiasi dan berkembang lebih lanjut. Dengan kata lain, agar primordial bunga dapat berkembang dan tumbuh menghasilkan bunga sempurna, tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang optimal.
  • Perlakuan stressing air di wilah yang memiliki curah hujan tinggi bisa dilakukan dengan membuat saluran drainase yang dalam diantara 1 atau 2 baris tanaman dan lahan di bawah tajuk ditutup mulsa plastik hitam perak selama 2 – 3 bulan.

Tanaman yang akan diinduksi pembungaannya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Tanaman harus sudah melewati fase juvenile (vegetatif).  Saat kritis proses pembungaan terletak pada tahap induksi bunga yaitu saat terjadi transisi dari fase vegetatif ke fase generatif/reproduktif. Perubahan fase tersebut dipengaruhi oleh antara lain varietas dan lingkungan.  Sebagai contoh kelompok jeruk siam biasanya mempunyai fase juvenile lebih singkat dibandingkan dengan jeruk keprok, pamelo dan jeruk manis.  Jika fase juvenile belum terlewati, penerapan teknologi off season tidak memberikan hasil yang baik bahkan berdampak merusak tanaman.
  2. Tidak sedang bertunas dan mata tunas matang fisiologis.  Saat pertunasan banyak energi (karbohidrat) yang dibongkar untuk pertumbuhan tunas dan hanya sedikit yang bisa digunakan untuk mendorong pembungaan.  Induksi pembungaan pada kondisi ini lebih banyak kegagalannya. Selain tanaman tidak sedang bertunas, tanda tanaman siap dirangsang pembungaannya adalah mata tunas pada ranting telah bernas terutama ranting yang sebelumnya tidak mendukung buah.
  3. Tanaman harus sehat dari akar sampai ujung daun agar tahan terhadap cekaman yang kita berikan (stress air dan pemangkasan, dll). Hal ini bisa dicapai jika pemberian nutrisi dan pengendalian hama penyakit sebelumnya dilakukan secara optimal.
  4. Lakukan saat buah tidak terlalu lebat.  Untuk menghasilkan buah yang lebat, tanaman menghabiskan sangat banyak energi (karbohidrat) sehingga ranting tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk membentuk organ generatif.  Jika dipaksakan dipacu pembungaannya,  tanaman justru akan merana bahkan mati.  Oleh karena itu, saat berbuah lebat harus dilakukan penjarangan agar energi untuk pertumbuhan buah seimbang dengan energi untuk menghasilkan tunas generatif.
  5. Tersedia pengairan.   Masa stressing air yang optimal mengakibatkan akumulasi energi pada mata tunas.  Energi tersebut selanjutnya digunakan untuk pertumbuhan vegetatif (pertunasan) dan pembungaan pada saat lahan dipasok air yang cukup melalui hujan atau irigasi.  Munculnya bunga tersebut harus didukung oleh kondisi lingkungan yang optimum termasuk air agar bunga dapat berkembang menjadi buah.  Oleh karena itu jika setelah pembungaan tidak ada pasokan air hujan maka proses pembuahan mengalami kegagalan.
Penulis: Ir. Sutopo, MSi  | Sumber: KPRI Citrus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar