Rabu, 10 April 2013
Bawang Putih Dataran Rendah (Allium sativum L)
I. PENDAHULUAN
Bawang putih (Allium sativum L) selain merupakan jenis sayuran yang penting,
juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru ekonomi dalam pembangunan
pertanian. Bawang putih ini dianggap sebagai komoditas potensial terutama untuk
subsitusi impor dan dalam hubungannya dengan penghematan devisa. Perkembangan
terakhir (2006), impor bawang putih indonesia berjumlah 295 ribu ton dengan nilai tidak
kurang dari US$ 103 juta atau sebesar Rp 927 milyar, untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dalam negeri.
Masalah yang dihadapi dalam budidaya bawang putih sampai saat ini adalah
varietas bawang putih yang berkembang di indonesia umumnya memiliki potensi hasil
yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasil bawang putih di daerah
subtropis. Bagitu pula tingkat pengusahaanya juga terbatas di daerah dataran tinggi
(> 800 m dpl).
Dengan demikian dengan adanya jenis-jenis bawang putih yang cocok
diusahakan di dataran rendah merupakan peluang baru dalam pembangunan pertanian
khususnya untuk ekstensifikasi bawang putih dalam negeri bagi pemenuhan kebutuhan
konsumsi bawang putih yang terus meningkat tiap tahunnya. Menurut data Susenas,
konsumsi per kapita bawang putih penduduk indonesia mencapai 1,13 kg/tahun
sehingga kebutuhan bawang putih nasional per tahun mencapai sekitar 250 ribu ton.
D.I.Yogyakarta mempunyai varietas bawang putih dataran rendah yaitu Lumbu
Putih.
II. PERSYARATAN EKOLOGIS
• Tanaman bawang putih dataran rendah tumbuh pada hampir semua jenis tanah,
namun yang terbaik pada tanah bertekstur sedang (lempung sampai lempung
berpasir).
• pH tanah yang cocok adalah 5,6 - 6,8 dan drainasenya baik.
• Walaupun umumnya bawang putih ini tahan suhu panas, namun hanya dapat
tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki suhu yang dingin (<25` c pada
bulan-bulan tertentu).
• Suhu dingin tersebut diperlukan terutama pada saat pembentukan dan
pembesaran umbi tanaman. Di Indonesia, waktu tanam terbaik untuk bawang
putih dataran rendah yaitu bulan Mei, Juni atau Juli.
III. TEKNOLOGI BUDIDAYA
• Lahan dibuat bedengan dengan lebar bedengan 1,2 - 1,75 m, dengan jarak perit
antar bedengan 40 - 50 cm; sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan
lahan yang tersedia.
• Kemudian diidtirahatkan sekitar 2 minggu, selanjutnya diolah 2 - 3 kali sehingga
permukaan tanahnya cukup halus.
• Sebelum penanaman, perlu dicek pH tanahnya, jika < 5,6 perlu dilakukan
pengapurandengan dosis 1,5 - 3, ton per ha.
• 2 - 3 hari sebelum tanam dilakukan pemberian pupuk dasar yaitu menggunakan
pupuk kandang (10 - 15 ton/ha) atau pupuk kompos (2 ton /ha) dan SP-36
sebanyak 200 - 300kg /ha.
• Umbi bibit yang telah siseleksi (dalam bentuk siung-siung) ditanam dibedengan
dengan kedalaman 1/4 - 1/2 tinggi siung bibit, kemudian ditutp dengan mulsa
jerami padi setebal 3 - 5 cm.
• Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu pada umur 15, 30 dan 45
hari setelah tanam dengan menggunakan campuran pupuk 200 kg ZA + 100kg
Urea + 100 kg KCL per ha untuk setiap kali pemberian pupuk susulan. Caranya,
pupuk disebar antara barisan tanaman kemudian diikuti dengan penyiraman.
• Penyulaman dilakukan seminggu setelah peneneman benih dengan
menggunakan bibit cadangan yang telah ditanam di tempat bibit untuk
cadangan.
• Tanaman bawang putih membutuhkan air dalam jumlah yang cukup selama
pertumbuhan vegetatif dan pembentukan umbi. Frekuensi pemberian air
disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman bawang putih. Pada awal
pertumbuhan, penyiraman sebaiknya dilakukan 2 - 3 hari sekali pada pagi atau
sore hari. Pada fase pengisian umbi, yakni sekitar 60 hst, tanaman bawang putih
paling peka terhadap defisit air, sehingga perlu pengairan yang cukup.
• Penyiangan perlu dilakukan terutama ketika pengaruh mulsa kurang efektif.
• Hama penting pada tanaman bawang putih adalah Thrips dan ulat daun dapat
dikendalikan dengan insektisida berbahan aktif fosfor organik, merkaptodimetur
atau monokrofos dengan dosis 2 ml/liter air. Sedangkan untuk tungau
dikendalikan dengan akarisida berbahan fenpropatin atau dimeot; penyakit
fusarium dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif bernomil.
• Bawang putih didaratan rendah biasanya telah siap dipanen pada umur 80 - 100
haritergantung keadaan kesuburan tanaman dilapangan. Ciri tanaman bawang
putih siap dipanen, daun tanaman 50 % telah menguning atau kering dan tangkai
batangnya sudah keras. Cara panen dapat dilakukan dengan pencabutan
langsung terutama pada tanah yang ringan dan pencukilan dilakukan pada
tanah-tanah bertekstur agak berat.
• Hasil tanaman diikat sebanyak 30 tangkai tiap ikat dan dijemur selama 1 - 2
minggu.
IV. DESKRIPSI BAWANG PUTIH
VARIETAS LUMBU PUTIH
• Asal tanaman : D.I.Yogyakarta
• Umur panen : 100 - 110 hst
• Tinggi tanaman : 52 - 65 cm
• Diameter : 1, 25 - 1,5 cm
• batang semu
• Kemampuan : tidak berbunga
• berbunga
• Bentuk daun : silindris, pipih dan lebar, posisi tegak
• Warna daun : agak keabu-abuan
• Banyak daun : 8 - 9 helai
• pertanaman
• Habitus tanaman : rozet
• Bentuk umbi : bulat, mengarah ke setiga yang dasarnya datar
• Besar umbi : 3,5 cm - 6,0 cm dan panjang 2,6 cm - 4,0 cm
• Warna umbi : putih dengan gari-garis ungu tidak merata pada ujungnya
• Jumlah siung/umbi : 15 - 20 siung
• Bentuk siung : panjang 2,3 cm- 3,1 cm dan lebar 1,3 cm - 1,7 cm
• Warna siung : putih agak krem
• Bau dan aroma : kurang kuat
• Kemampuan : 4 - 8 ton / hektar
• berproduksi
• Susut bobot umbi : 35%- 40%
• Keterangan : tumbuhan baik di daerah dataran rendah pada ketinggian
6- 200m dpl
Sumber : Dinas Pertanian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Seksi Sayuran dan Aneka Tanaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar